Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus mendorong tumbuhnya green investment untuk pembangunan kelautan dan perikanan yang lebih berkelanjutan.
Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Artati Widiarti mengatakan mengacu pada Peraturan Presiden (Perpres) No. 16/2012 tentang Rencana Umum Penanaman Modal, disebutkan bahwa arah kebijakan penanaman modal salah satunya harus berwawasan lingkungan.
"Perikanan sebagai komoditas yang dapat diperbaharui merupakan salah satu potensi komoditas green investment,” ujar Artati dalam siaran pers, Sabtu (29/8/2020).
Dia menambahkan melalui fokus alur produksi terintegrasi hulu dan hilir, para pelaku usaha sektor kelautan dan perikanan diimbau untuk memperhatikan pengelolaan sumber dayanya, menjaga keseimbangan dan keberlanjutan ekosistem, serta menjaga fungsi pelestarian lingkungan.
Adapun, realisasi investasi penanaman modal asing (PMA) sampai dengan triwulan II/2020, di sektor kelautan dan perikanan didominasi enam negara, di antaranya adalah China, Singapura, Thailand, India, dan Jepang, senilai Rp987,15 miliar.
Pihaknya menuturkan Singapura dan Thailand adalah dua negara di Asia Tenggara yang aktif melakukan investasi, terutama di bidang usaha pengolahan dan budidaya. Sementara, khusus wilayah Eropa, Timur Tengah, dan Asia Tenggara, sampai dengan triwulan II/2020 realisasi Investasi sektor kelautan dan perikanan masing-masing mencapai Rp1,38 miliar, Rp300 juta, dan Rp305,84 miliar.
Baca Juga
Pada periode 2016-2020, investor dari Eropa berasal dari Belanda, Belgia, Inggris, Italia, Jerman, Perancis, Siprus, dan Swiss. Mereka melakukan investasi di bidang usaha budidaya, pengolahan, perdagangan, dan jasa perikanan di Sumatera Utara, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, NTB, dan Sulawesi Tenggara.
"Pada periode yang sama, investor dari Timur Tengah [Iran dan Kuwait] melakukan investasi di bidang usaha budidaya di Jawa Barat," urainya.
Sementara investor dari Asia Tenggara juga melakukan investasi di bidang usaha pengolahan dan budidaya, dengan lokasinya tersebar di 21 provinsi. Kemudian investasi dari Afrika (Liberia) dilakukan di bidang pengolahan di Sulawesi Utara pada 2010 dan 2013, dengan nilai Rp2,07 miliar.