Bisnis.com, JAKARTA - Dua maskapai nasional PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) dan PT AirAsia Indonesia Tbk. (CMPP) memproyeksikan penurunan pendapatan dan laba bersih secara konsolidasi hingga lebih dari 75 persen pada akhir tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu.
Melalui keterbukaan informasi publik yang dikutip Bisnis.com, Selasa (25/8/2020), manajemen Garuda memperkirakan perubahan total pendapatan (konsolidasi) dan laba bersih untuk periode terkini pada 2020 sebesar lebih dari 75 persen. Sementara itu AirAsia memproyeksikan laba bersih dan pendapatan tergerus ke level 51 persen -75 persen.
Manajemen Garuda Indonesia menjelaskan untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerja keuangan perseroan di kondisi terdapat rencana strategis baik dari sisi keuangan maupun operasional.
Dari sisi aspek keuangan untuk menjaga likuiditas, GIAA telah melakukan negosiasi dengan lessor untuk penundaan pembayaran sewa pesawat (lease holiday) hingga memperpanjang masa sewa pesawat untuk mengurangi biaya sewa per bulan.
Saat ini Garuda juga mengusahakan financing dari perbankan dalam dan luar maupun pinjaman lainnya termasuk menegosiasikan kewajiban Perseroan yang akan jatuh tempo dengan pihak ketiga.
Sementara aspek operasional pendapatan penumpang berkontribusi lebih dari 80 persen dari total pendapatan Garuda Indonesia, dengan adanya penurunan trafik dengan mengoptimalkan layanan kargo dan aktif mendukung upaya-upaya pemerintah khususnya yang terkait dengan penanganan Covid-19 melalui pengangkutan bantuan kemanusiaan, APD, obat-obatan, alat kesehatan.
Baca Juga
Selain itu mengoptimalkan layanan charter pesawat untuk evakuasi WNI yang berada di luar negeri serta membantu proses pemulangan WNA untuk kembali ke negara masing-masing dan layanan charter untuk pengangkutan kargo.
"Di samping itu, Garuda juga bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata untuk mengkolaborasikan program dan inisiatif yang dapat mendorong geliat pariwisata, khususnya wisata domestik," tulis manajemen dalam laporan tersebut.
Sementara itu, PT Indonesia Transport dan Infrastructure Tbk. (IATA) menyampaikan untuk memperbaiki kondisi keuangan di masa mendatang, perseroan mengambil langkah untuk tetap mengembangkan penerbangan tidak berjadwal (charter) dan berkonsentrasi menyediakan berbagai jasa penerbangan untuk minyak, gas, dan pertambangan di Indonesia baik di daratan maupun lepas pantai, dengan mengikuti beberapa tender sewa pesawat.