Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perindustrian menyatakan bahwa neraca dagang produk sepeda mengalami defisit secara volume sekitar 6 tahun terakhir. Namun, terjadi perubahan tren impor sejak 2019 karena perubahan kegiatan konsumen nasional.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), selama rata-rata 5 tahun terakhir volume impor sepeda berfluktuatif di kisaran 20 juta—25 juta kilogram. Namun, volume impor sepeda melonjak pada 2018 menembus level 46 juta kilogram dan sejak saat itu belum kembali turun ke level 20 juta kilogram lagi.
"Jika dilihat lebih spesifik, Indonesia mengekspor sepeda kelas premium seperti sepeda roda dua dewasa dan mengimpor sepeda ekonomi seperti sepeda anak dan dewasa roda dua," ujar Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kemenperin Putu Juli Ardika kepada Bisnis, Senin (17/8/2020).
Pada tahun ini, Putu menilai ada perubahan tren impor sepeda menjadi impor sepeda kelas premium.
Menurutnya, hal tersebut disebabkan oleh peningkatan frekuensi dan jumlah konsumen yang melakukan kegiatan olahraga.
Berdasarkan data BPS, volume impor sepeda pada semester I/2020 naik 20,69 persen menjadi 15,51 juta kilogram dari realisasi periode yang sama tahun lalu 12,85 juta kilogram.
Baca Juga
Adapun, lonjakan terbesar terjadi pada Juni 2020 atau meroket 132,71 persen menjadi 4,09 juta kilogram secara tahunan.
Putu menyatakan produk sepeda kini telah memiliki dua SNI Wajib, yakni untuk produk sepeda dewasa dengan ketinggian posisi sadel paling rendah 635 mm dan produk sepeda anak roda dua dengan ketinggian posisi sadel paling rendah 435 mm dan paling tinggi 635 mm yang dapat memakai atau tidak memakai 2 (dua) buah roda samping.
Menurutnya, SNI juga merupakan pengendalian importasi produk berkualitas rendah dengan harga murah. Namun demikian, BPS mendata harga sepeda impor yang masuk memiliki harga yang jauh lebih murah dari sepeda besutan lokal.