Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah negara dikatakan memiliki peluang cukup menjanjikan untuk dijadikan tujuan ekspor, meskipun beberapa negara mitra dagang utama seperti Amerika Serikat, Jepang, Singapura, dan Korea Selatan secara resmi menyatakan resesi.
Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Suhanto mengatakan sejumlah negara tersebut, antara lain Swiss dengan nilai ekspor sepanjang Januari-Juni 2020 naik 217,8 persen; Australia 14,9 persen; China 12, persen; Pakistan 3,1 persen; dan Amerika Serikat naik 1,6 persen.
"Khusus untuk China, jika melihat dari beberapa produk ekspor utama Indonesia ke negara tersebut seperti besi, baja dan tembaga, dapat disimpulkan bahwa di tengah geliat ekonomi China, ekspor Indonesia mampu naik karena kemungkinan industri di sana belum optimal," ujar Suhanto kepada Bisnis.com, Kamis (13/8/2020).
Hal tersebut, lanjutnya, menyebabkan China memenuhi keperlan bahan bakunya dengan mengandalkan impor dari kawasan Asean, termasuk Indonesia.
Sementara itu, ekspor Indonesia ke Amerika Serikat dan Jepang terlihat stabil. Menurut Suhanto, kedua hal tersebut kemungkinan dikarenakan AS dan Jepang melakukan relokasi negara asal impor agar tidak terlalu tergantung dengan China.
Adapun dari sisi komoditas, batu bara, minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan turunannya, perhiasan, alas kaki, serta kayu dan barang dari kayu, masih merupakan komoditas penyumbang surplus neraca perdagangan non migas terbesar.
Baca Juga
Sementara mesin-mesin, plastik dan barang dari plastik, gandum dan bahan kimia organik merupakan penyebab defisit.