Bisnis.com, JAKARTA - PT Kalbe Farma Tbk. optimistis berbagai penerbitan paket stimulus yang telah dan akan diterbitkan pemerintah akan membuat pertumuhan industri layanan kesehatan, termasuk farmasi, terus tumbuh positif.
Pernyataan tersebut sejalan dengan pandangan Badan Pusat Statistik (BPS) yang menilai bahwa industri kimia, farmasi, dan obat tradisional dapat menjadi lokomotif lain dalam mendorong pertumbuhan industri pengolahan non migas pada kuartal III/2020.
"Tingkat kesadaran akan kesehatan dan peningkatan daya tahan tubuh selama Covid-19 meningkat di masyarakat. Jadi, Kalbe terus berupaya memenuhi kebutuhan vitamin, suplemen, obat herbal, masker, hand sanitizer, dan obat-obat lainnya yang dibutuhkan masyarakat," ujar Presiden Direktur Kalbe Farma Vidjongtius kepada Bisnis, Rabu (5/8/2020).
Vidjongtius melanjutkan pihaknya saat ini sedang memfinalisasi uji klinis untuk dua obat herbal lokal bersama konsorsium riset nasional. Selain itu, perseroan akan melakukan uji klinis 1 calon vaksin Covid-2019 yang ditargetkan rampung pada medio 2021.
Di samping itu, Vidjongtius menyampaikan pihaknya juga akan memastikan jalur distriusi di penjuru negeri. Adapun, Kalbe telah memiliki cabang di 53 kota, sedangkan daerah yang belum terlayani oleh cabang perseroan akan dilayani oleh distriutor mitra Kalbe.
"Dengan demikian, ketersediaan obat di masyarakat jadi lebih terjamin," ujarnya.
Baca Juga
BPS mendata industri kimia, farmasi, dan obat tradisional pada kuartal I/2020 tumbuh menjadi 5,59 persen. Angka tersebut berakselerasi pada kuartal II/2020 menjadi 8,65 persen.
Vidjongtius menilai harus ada kolaborasi berbagai pihak agar proses layanan kesehatan lebih cepat dan tepat sasaran. Menurutnya, pemerintah telah berkontribusi terkait upaya tersebut dengan menerbitkan menerbitkan beberapa stumulus dalam keadaan darurat seperti saat ini.
Untuk menjawab potensi peningkatan permintaan pada kuartal III/2020, Vidjongtius menyatakan pihaknya sudah melakukan diversifikasi pemasok bahan baku obat (BBO). Menurutnya, hal tersebut untuk menurunkan risiko kekosongan BBO karean keterlambatan pengiriman BBO dari luar negeri.
Di sisi lain, Kalbe Farma telah memiliki fasilitas produksi BBO berasis biologi untuk obat yang dapat digunakan saat kemoterapi maupun cuci darah. Namun demikian, perseroan menyatakan belum dapat menghitung kontribusi fasilitas tersebut dan fasilitas lainnya di masa depan terhadap neraca industri farmasi.
Sementara itu, Kalbe Farma juga memiliki fasilitas penelitian dan pengembangan hasil patungan (joint venture/JV) dengan perusahaan farmasi asal Korea Selatan, Genexine. Adapun, Kalbe Farma berkontribusi hingga 60 persen dari dana yang disuntikkan dalam fasilitas tersebut.
Walaupun baru digunakan untuk obat saat kemoterapi dan cuci darah, Vidjongtius menyampaikan BBO perseroan saat ini juga dapat digunakan untuk membuat obat generik. Vidjontius mengatakan pihaknya akan fokus mengembangkan BBO berasis biologi
"Dalam perencanaan sudah ada sekitar 8-10 produk yang sedang disiapkan fasilitas produksinya dalam 3-5 tahun mendatang. [Kontribusi pabrik BBO perseroan] belum bisa diperkirakan karena rencanan jangka panjang masih bisa berubah dan perlu data yang lebih detil soal angka impor BBO nasional," ucapnya.