Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indeks Manufaktur Indonesia Juli 2020 Naik, Namun Belum Berekspansi

Kenaikan PMI bulan Juli didasari oleh peningkatan kepercayaan bisnis terhadap kondisi pasar yang lebih normal. Namun, pandemi Covid-19 masih meninggalkan kekhawatiran bagi produsen.
Suasana di salah satu pabrik perakitan motor di Jakarta, Rabu (1/8/2018). Bisnis/Abdullah Azzam
Suasana di salah satu pabrik perakitan motor di Jakarta, Rabu (1/8/2018). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Meskipun belum kembali berekspansi, aktivitas manufaktur Indonesia perlahan mulai pulih pada bulan Juli menuju ke arah stabilisasi.

IHS Markit mencatat Purchasing Manager's Index (PMI) Indonesia atau indeks manufaktur Indonesia pada bulan Juli 2020 naik ke level 46,9 dari posisi 39,1 pada bulan sebelumnya. Kenaikan tersebut didasari oleh peningkatan kepercayaan bisnis terhadap kondisi pasar yang lebih normal.

Kepala Ekonom IHS Markit Bernard Aw mengatakan meredanya kontraksi sektor manufaktur Indonesia menambah harapan bahwa dampak terburuk pandemi Covid-19 telah berlalu.

"Indeks output, permintaan, dan ketenagakerjaan semuanya meningkat dari posisi terendah pada awal triwulan kedua, terbantu oleh relaksasi PSBB. Perusahaan juga tetap optimis terhadap output satu tahun ke depan," katanya dalam keterangan resmi, Senin (3/8/2020).

Indeks manufaktur Indonesia menyentuh titik terendahnya selama 9 tahun terakhir pada awal kuartal II/2020 di sekitar level 26. Namun, PMI Indonesia perlahan membaik dalam tiga bulan terakhir.

Meskipun begitu, angka PMI Indonesia masih di bawah level 50,0 yang menandakan kontraksi selama lebih dari empat bulan terakhir.

Produsen di Indonesia terus melaporkan dampak buruk wabah Covid-19 pada kegiatan ekonomi. Perusahaan tetap enggan berinvestasi untuk penambahan kapasitas baru, dengan keadaan lapangan kerja yang semakin menurun dan aktivitas pembelian berkurang.

Sebagai bagian dari upaya untuk menghemat biaya, perusahaan terus mengurangi kegiatan pembelian mereka dan lebih memilih untuk memanfaatkan inventori saat ini untuk memenuhi permintaan produksi.

Bernard mengingatkan adanya tantangan pemulihan di depan. Sementara itu, perusahaan terus mengurangi lapangan kerja pabrik secara signifikan untuk menekan biaya.

"Perlunya social distancing di tempat kerja dan perkumpulan publik serta potensi lonjakan infeksi baru juga dapat menunda produksi dan penjualan untuk pulih ke tingkat sebelum pandemi," tutupnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper