Bisnis.com, JAKARTA – Pemulihan ekonomi China diperkirakan mulai stabil pada akhir tahun 2020 seiring dengan melandainya indeks manufaktur pada bulan Desember 2020.
Berdasarkan data Bloomberg, Biro Statistik Nasional mencatat indeks manajer pembelian (purchasing managers’ index/PMI) sektor manufaktur turun menjadi 51,9 dari level tertinggi tiga tahun di 52,1 pada November 2020.
Angka ini lebih rendah dibandingkan estimasi median survei Bloomberg terhadap para ekonom sebesar 52. Sementara itu, indeks non-manufaktur, yang mencerminkan aktivitas di sektor konstruksi dan jasa, turun menjadi 55,7 dari 56,4.
Meskpun angka indeks masih di atas 50, yang menunjukkan kondisi ekspansi dari bulan sebelumnya, penurunan indeks manufaktur ini adalah penurunan yang terbesar sejak Mei.
Hal ini menunjukkan perlambatan dalam laju pertumbuhan industri, yang sejauh ini telah diuntungkan dari dimulainya kembali kehidupan sehari-hari di China dan permintaan luar negeri untuk barang-barang terkait pandemi.
“Pertumbuhan mulai melandai. Kami telah melewati puncak pemulihan yang kuat, seperti yang ditunjukkan oleh ekspor dan kekurangan bahan baku industri. Saya pikir PMI dari sini mungkin mencapai puncaknya saat pertumbuhan kredit mencapai puncak," kata Bo Zhuang, kepala ekonom China di TS Lombard, seperti dikutip Bloomberg.
Baca Juga
Sub-indeks untuk pesanan ekspor baru sedikit menurun menjadi 51,3 di bulan Desember dari 51,5. Ini menunjukkan normalisasi permintaan menyusul lonjakan musiman untuk liburan Natal.
"Ini masih merupakan level yang konsisten dengan pertumbuhan yang sangat solid," kata Qian Wang, kepala ekonom Asia-Pasifik di Vanguard Group Inc., dalam sebuah wawancara.
Para ekonom memperkirakan China berada di jalur yang tepat untuk menjadi satu-satunya ekonomi besar yang tumbuh pada tahun 2020 dengan ekspansi sekitar 2 persen. Beijing telah mengisyaratkan penarikan bertahap dari stimulus fiskal dan kredit yang diberikannya tahun ini, meskipun berjanji tidak akan ada perubahan dukungan kebijakan secara tiba-tiba.