Bisnis.com, JAKARTA – Lembaga riset, IFG Progress merilis hasil penelitian berjudul "Unpacking the Myth: Are Cooperatives the Engine of Local Growth?" yang meneliti sejauh mana dampak koperasi terhadap ekonomi daerah dan penyerapan tenaga kerja.
Dengan menggunakan dua metode penelitian, yaitu regresi ordinary least squares (OLS) dan propensity score matching (PSM), hasil studi IFG Progress menemukan bahwa keberadaan koperasi di suatu wilayah tidak dapat secara signifikan mengaitkan peningkatan kegiatan ekonomi wilayah.
"Hal itu karena belum terbukti secara statistik bahwa keberadaan koperasi berkaitan dengan pertumbuhan produk domestik regional bruto (PDRB) dan peningkatan konsumsi rumah tangga," tulis hasil riset tersebut, dikutip Minggu (3/8/2025).
Meskipun tidak punya korelasi hubungan signifikan, IFG Progress menyatakan bahwa hal tersebut bukan menunjukkan ketidakefektifan koperasi, melainkan kontribusinya diduga lebih bersifat jangka panjang, tidak langsung, atau multidimensi.
Misalnya, kehadiran koperasi akan berdampak pada peningkatan pemerataan, ketahanan, modal sosial, atau lapangan kerja yang tidak selalu tercakup dalam metrik pertumbuhan PDB.
Adapun, pemerintah telah meresmikan 80.000 Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih pada Senin, 21 Juli 2025 lalu. Kopdes Merah Putih tersebar di 38 provinsi dan yang paling banyak terdapat di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Baca Juga
Program ini ditujukan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat desa melalui pendekatan ekonomi kerakyatan.
Lebih lanjut, riset tersebut menyatakan bahwa keberadaan koperasi di suatu wilayah memiliki hubungan negatif yang moderat dengan tingkat pengangguran. Artinya, semakin banyak koperasi maka tingkat pengangguran semakin kecil.
Lebih spesifik, korelasi antara keberadaan koperasi dengan tingkat pengangguran ini menjadi sangat signifikan ketika menggunakan jumlah rumah tangga yang menerima kredit dari koperasi sebagai variabel proksi pembanding.
"Hal ini menyiratkan bahwa pembiayaan berbasis koperasi dapat mendukung kewirausahaan mikro, wirausaha, atau kelangsungan usaha kecil (terutama di sektor informal) sehingga meningkatkan peluang kerja," tulis riset tersebut.
Riset ini juga mengurai dampak koperasi berdasarkan jenisnya. Hasilnya adalah temuan bahwa Koperasi Simpan Pinjam (KSP), yang mencakup 65% dari seluruh koperasi, berkorelasi signifikan terhadap tingkat pengangguran regional.
Namun, temuan untuk Koperasi Unit Desa (KUD) bertentangan dengan hasil ini, karena KUD biasanya bersifat multiguna dan sering beroperasi di daerah pedesaan yang secara struktural kurang beruntung, di mana akses pasar terbatas dan diversifikasi ekonomi terkendala, yang menghambat efektivitasnya dalam mengurangi tingkat pengangguran.
"Menyikapi inisiatif Indonesia baru-baru ini untuk mengembangkan Koperasi Merah Putih, penting untuk memastikan bahwa pembentukan lebih dari 80.000 koperasi desa dan kelurahan yang ambisius memberikan dampak ekonomi yang nyata. Untuk mencapai hal ini, beberapa arah kebijakan strategis harus dikejar," tulis IFG Progress.