Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KAI Diminta Kurangi Ketergantungan Terhadap Bisnis Batubara

Saat ini kontrak pengangkutan termasuk batubara menjadi andalan bisnis PT Kereta Api Indonesia (persero) seiring berkurangnya pengangkutan orang.
Ilustrasi - Pembangunan rel kereta batu bara./Antara - Kristian Ali
Ilustrasi - Pembangunan rel kereta batu bara./Antara - Kristian Ali

Bisnis.com, JAKARTA - PT Kereta Api Indonesia (persero) diingatkan untuk memperbesar bisnis ritel yang sudah dimulai dengan Rail Express. Langkah ini  pada masa mendatang sekaligus mengurangi ketergantungan kontrak pengangkutan batubara dengan PT Bukit Asam Tbk. (PTBA).

Ketua Bidang Perkeretaapian MTI Aditya Dwi Laksana mengatakan pada masa pandemi permintaan batu bara bisa mengalami penurunan sekitar 20 persen dan apabila berlangsung terus menerus hal ini dapat berdampak pada pendapatan dan likuiditas KAI.

“Apabila dampak pandemi belum kunjung terpulihkan karena tentu dapat terjadi penyesuaian kontrak angkutan KAI dengan PT Bukit Asam Tbk. (PTBA),” jelasnya, Senin (27/7/2020).

Aditya menjelaskan pada 2019, kebutuhan batubara untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik atau domestic market obligation PT Perusahaan Listrik Negara (persero) atau PLN sangat tinggi. PLN membutuhkan tambahan pasokan batu bara sehubungan dengan adanya sejumlah PLTU yang beroperasi pada tahun tersebut.

Ketergantungan PLN terhadap pasokan DMO tersebut berimbas kepada peningkatan kebutuhan atas pasokan batubara dalam negeri yang salah satunya dipasok oleh PTBA. Kebutuhan pasokan ini tentunya akan meningkatkan pendapatan KAI dari sektor angkutan batubara. Hasilnya, sektor angkutan batubara ini menjadi andalan pendapatan utama KAI selain sektor angkutan penumpang komersial.

Dia melanjutkan pandemi Covid-19 yang terjadi sejak Maret 2020 menyebabkan penerimaan KAI dari sektor KA penumpang komersial tergerus secara signifikan. Hal ini menjadikan KAI bertumpu pada sektor angkutan barang dan angkutan batubara. Posisi ini masih akan jadi tumpuan utama di masa pandemi.

Namun demikian, pandemi juga berpengaruh terhadap penurunan konsumsi listrik PLN terutama di sektor komersil. Yang akhirnya mengurangi konsumsi batubara. KAI sudah harus mulai untuk menggenjot sektor angkutan barang non batubara ataupun mencari solusi dengan penyediaan angkutan batubara bekerjasama dengan pihak badan usaha milik daerah atau swasta atau sektor industri lainnya.

“KAI juga dapat terus meningkatkan jaringan pelayanan angkutan retail melalui Rail Express karena pendapatan dari angkutan retail ini cukup potensial untuk terus meningkat di masa mendatang,” tekannya.

Sementara itu Sekretaris perusahaan PTBA Apollonius Andwie C menjelaskanuntuk optimasi pengangkutan batu bara, PTBA bekerjasama dengan PT Kereta Api Indonesia mengembangkan proyek angkutan batubara jalur kereta api dengan kapasitas 60 juta ton per tahun pada 2025.

Kondisi itu termasuk pengembangan jalur baru yang terdiri dari Tanjung Enim – Arah Utara dengan kapasitas angkut 10 juta ton per tahun, beserta fasilitas dermaga baru Perajen yang direncanakan akan beroperasi pada 2025.

Selain itu, Apollonius juga menyebutkan tengah mengkaji alternatif lain yaitu untuk pembangunan Dermaga Kramasan yang merupakan gagasan baru dari PT Kereta Api Indonesia. Diantaranya Tanjung Enim – Arah Selatan, yakni Tarahan 1 dengan pengembangan kapasitas jalur yang ada menjadi 25 juta ton per tahun pada 2020.

Sementara untuk Tarahan 2, dengan kapasitas angkut 20 juta ton/tahun dan direncanakan akan beroperasi pada 2025.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper