Bisnis.com, JAKARTA - PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk. (GMFI) mengalami penurunan secara bisnis hingga sebesar 25-50 persen dan mulai melakukan peningkatan pangsa pasar internasional non-afiliasi.
Direktur Utama GMF AeroAsia I Wayan Susena menuturkan secara garis besar pandemi Covid-19 mengakibatkan pembatasan aktivitas reparasi dan pemeliharaan (overhaul) pesawat udara. Selain itu juga pembatasan aktivitas line maintenance di sejumlah outstation yang terdampak penurunan aktivitas penerbangan serta pembatasan aktivitas distribusi akibat keterbatasan angkutan freighter.
Penurunan bisnis lebih tajam diperkirakan terjadi untuk semester I/2020. Berdasarkan laporan tertulisnya yang dikutip dari keterbukaan informasi publik pada Kamis (23/7/2020), GMFI memproyeksikan penurunan laba bersih hingga sebesar 75 persen untuk periode yang berakhir per 30 Juni 2020 dibandingkan dengan pada 30 Juni 2019.
Namun, emiten di sektor pelayanan dan perawatan pesawat tetap berupaya mencari pelanggan-pelanggan baru dalam kondisi saat ini untuk menambah pendapatan.
“Untuk customer baru saat ini, secara prinsip kami sudah mendapatkan beberapa order maintenance di GMF dari berbagai pelanggan internasional. Sejalan dengan itu, kami masih berkoordinasi secara intensif dengan departemen keimigrasian terkait warga asing yang akan masuk ke wilayah RI,” jelasnya, Kamis (23/7/2020).
Sejauh ini, jumlah pelanggan pengguna jasa perawatan GMFI mencapai 190 pelanggan yang tersebar di 60 negara di 5 benua.
Baca Juga
Sejalan dengan aksi tersebut, emiten berkode saham GMFI juga melakukan renegosiasi penyesuaian kontrak terkait kondisi pada masa pandemi saat ini. Adapun, lingkup perjanjian negosiasi ini menyesuaikan kebutuhan pelanggan GMF.
“Kami masih melakukan kajian dan negosiasi kontrak mendalam dikarenakan dampak pandemi ke industri penerbangan saat ini sifatnya global,” imbuhnya.
Wayan menjelaskan untuk bisa bertahan di masa pandemi ini, perusahaan telah melakukan berbagai upaya bertahan hingga menetapkan rencana pemulihan untuk menyelamatkan kondisi perusahaan. Hal tersebut dengan menjaga likuiditas perseroan melalui renegosiasi vendor dan kreditur, tidak memperpanjang kontrak tenaga alih daya yang berakhir kontraknya pada 30 Maret 2020 lalu, serta memaksimalkan efisiensi.