Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bagaimana Kurangi Dependensi Bahan Baku Mamin?

Guna membangun link and match antara hulu dan hilir, peningkatan produksi merupakan suatu keniscayaan.
Pekerja menyusun aneka jenis minuman kaleng di salah satu grosir penjual makanan dan minuman kemasan di Pekanbaru, Riau, Senin (12/6)./Antara-Rony Muharrman
Pekerja menyusun aneka jenis minuman kaleng di salah satu grosir penjual makanan dan minuman kemasan di Pekanbaru, Riau, Senin (12/6)./Antara-Rony Muharrman

Bisnis.com, JAKARTA- Masa pandemi seharusnya bisa menjadi momentum bagi Indonesia untuk membenahi struktur industri makanan dan minuman. Meski demikian, kendala bahan baku sendiri telah menjadi benang kusut yang sejak dahulu tak kunjung terurai.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W. Kamdani mengemukakan industri mamin Tanah Air tidak punya pilihan alternatif selain impor bahan baku untuk peningkatan produktivitas dan daya saing di pasar global. Pasalnya, dia menilai produksi sektor pertanian nasional belum sesuai dengan kebutuhan industri.

Guna membangun link and match antara hulu dan hilir, peningkatan produksi disebutnya menjadi suatu keniscayaan.

“Bila ingin dependensi nasional terhadap impor pangan turun untuk menjaga keberlangsungan industri mamin nasional, mau tidak mau produksi agrikultur nasional harus diubah kualitasnya sesuai dengan kebutuhan kualitas input produksi industri mamin,”kata Shinta, Senin (20/07/2020).

Pelaku usaha hulu pun perlu mencatat bahwa terdapat berbagai standar yang mengiringi ekspor produk olahan makanan dan minuman, mulai dari standar kesehatan sampai pelabelan ketelusuran serta keberlanjutan produk.

Oleh karena itu, upaya-upaya penyesuaian pun perlu dilakukan agar produk pertanian dapat memenuhi kebutuhan pasar seperti reformasi pembibitan, skala produksi, dan pengawasan distribusi.

“Kalau kualitas output agrikultur nasional tidak sesuai dengan kebutuhan standar dan daya saing industri mamin di pasar global, dependensi kita terhadap impor pangan untuk menjaga kelangsungan dan daya saing industri mamin nasional akan tetap tinggi,” lanjutnya.

Sementara itu, Peneliti Senior Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah menyebutkan bahwa dependensi industri makanan dan minuman terhadap pasokan bahan baku impor sejatinya bukanlah suatu masalah.

Dia justru menyoroti kendala pengemasan dan standar yang membuat penetrasi produk Indonesia di pasar global tidak setinggi negara Asia Tenggara lainnya.

“Saya kira persoalan industri makanan dan minuman lebih ke kemasannya, tak terbatas pada impor bahan baku. Permasalahan ini sendiri ada penyelesaiannya, apalagi hambatan impor relatif tak besar dengan pelonggaran di negara asal seperti China,” papar Piter.

Secara umum, Piter mengemukakan bahwa industri makanan dan minuman memang tak terlalu terdampak aktivitasnya oleh Covid-19. Meski demikian, kondisi ini tak serta-merta membuat permintaan makanan dan minuman bakal tumbuh signifikan.

“Permintaan tetap akan melambat, cuma tidak mengalami kontraksi,” kata Piter.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper