Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Digadang Moncer Selama Pandemi, Industri Mamin Hadapi Tantangan

Kementerian Perindustrian mencatat hampir 70 persen bahan baku industri makanan dan minuman dipasok lewat pengadaan luar negeri.
Pekerja di pabrik pengolahan makanan/JIBI
Pekerja di pabrik pengolahan makanan/JIBI

Bisnis.com, JAKARTA-Indonesia harus menghadapi pekerjaan rumah besar agar dapat mengambil peluang terjaganya permintaan makanan dan minuman di tengah pandemi. Di dalam negeri, rantai pasok industri ini belum dibangun dengan pondasi yang kokoh.

Tantangan yang mengiringi industri makanan dan minuman bervariasi. Mulai dari pasokan bahan baku sampai pangsa pasar di level global yang terbilang masih rendah jika dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya.

Kementerian Perindustrian mencatat hampir 70 persen bahan baku industri makanan dan minuman dipasok lewat pengadaan luar negeri. Importasi memang dilakukan sebagai bentuk aktif Indonesia yang terlibat dalam rantai pasok global.

Meski demikian, Kementerian Perdagangan mencatat pangsa pasar pangan olahan Indonesia di level global baru mencapai 1,19 persen atau peringkat ke-24. Jumlah ini jauh dibandingkan Thailand yang berada di peringkat ke-5 dengan pangsa pasar sebesar 4,87 persen.

Wakil Ketua Umum Bidang Makanan Olahan dan Industri Peternakan Juan Permata Adoe mengemukakan perlunya terobosan kebijakan agar Indonesia dapat menembus pasar lebih luas. Dari sisi hulu misalnya, kepastian pasokan bahan baku perlu didukung dengan peningkatan produksi komoditas pangan yang mengacu pada keunggulan masing-masing daerah.

“Apakah membangun lumbung pangan hanya dengan produksi beras saja? Tentu tidak. Harus dipetakan sesuai keunggulan masing-masing daerah. Perlu ada alternatif untuk menciptakan ketahanan pangan,” tutur Juan, Senin (20/7/2020).

Di sisi lain, Juan menyebutkan pemenuhan bahan baku lewat impor perlu didukung pula dengan kebijakan yang fleksibel. Dia menyoroti sejumlah keputusan pemerintah yang hanya memberi izin importasi komoditas pangan terhadap perusahaan pelat merah.

“Regulasi perdagangan harus dipermudah. Jangan hanya dikelompokkan saja pada BUMN untuk komoditas tertentu. Pelaku industri juga perlu akses karena bisa berkolaborasi dengan usaha skala mikro dan menengah,” lanjut Juan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor makanan dan minuman untuk bahan baku industri tercatat tumbuh rata-rata 8,15 persen selama 2015-2019. Jika dibandingkan dengan 2018, pertumbuhan impor bahan baku industri makanan dan minuman pada 2019 mencapai 3,83 persen dari US$5,54 miliar menjadi US$5,76 miliar.

Dalam hal penguatan akses pasar, Juan menilai Indonesia perlu lebih giat dalam melancarkan diplomasi. Dia mengemukakan pasar terbesar ekspor Indonesia adalah China dan negara-negara Asia Tenggara, tetapi produk Indonesia kerap terganjal standar dan syarat kesehatan.

“Kita cenderung masih lemah dalam negosiasi health agreement, misal antara BPOM Indonesia dan negara tujuan, Karantina Indonesia dengan negara tujuan. Jadi kuncinya memang Kemendag dan Kemenlu harus membuka hambatan-hambatan ini,” kata Juan.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Kasan Muhri meyakini bahwa produk makanan dan minuman bakal menjadi salah satu sektor yang mampu bergerak positif selama pandemi Covid-19. Hal ini terlihat dari peningkatan nilai ekspor pangan olahan Indonesia sebesar 7,9 persen pada periode Januari–April 2020 atau sebesar US$1,33 miliar.

Pada 2019, sambung Kasan, ekspor mamin Indonesia tercatat mencapai US$4,15 miliar, atau naik 3,54 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tren ekspor pangan olahan Indonesia dalam lima tahun terakhir (2015—2019) pun meningkat sebesar 8,99 persen.

Di sisi lain, kontribusi industri mamin Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) industri pengolahan nonmigas mencapai 36,40 persen. Sementara pada kuartal I 2020, kontribusi mamin Indonesia terhadap PDB nasional sebesar 19,98 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper