Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Fossil atau Green Avtur, INACA: Yang Penting Murah!

INACA mendukung rencana Pertamina untuk memproduksi avtur yang ramah lingkungan karena diklaim harga lebih murah sehingga bisa meringankan beban operasional maskapai.
Sejumlah pesawat terpakir di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (24/4/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Sejumlah pesawat terpakir di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (24/4/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia National Air Carrier Association (INACA) menyambut baik rencana Pertamina untuk memproduksi harga bahan bakar hijau atau green avtur yang bisa menekan harga lebih murah dan meringankan beban biaya maskapai.

Hal ini menyusul pernyataan pertamina yang tengah bersiap untuk memproduksi bahan bakar hijau lainnya yakni green gasoline dan green avtur. Uji Coba mengolah minyak sawit menjadi green avtur akan dilakukan pada akhir 2020 juga di Kilang Cilacap.

Sekretaris Jenderal Inaca Bayu Sutanto tidak mempersoalkan apakah BUMN miga tersebut masih memproduksi baik avtur fossil maupun mengembangkan green avtur selama harga jualnya bisa ditekan dengan lebih murah dibandingkan dengan saat ini.

Menurutnya kemungkinan besar green avtur hanya akan menjadi campuran. Namun, tentunya maskapai akan menerima dengan positif jika pada akhirnya tarif bisa lebih murah.

“Sampai dengan sekarang kami belum dengar ada negara yang sudah pakai green atau bio avtur ya. Mudah-mudahan benar Pertamina bisa produksi green avtur dengan spesifikasi yang disyaratkan dan lebih murah,” jelasnya, Jumat (17/7/2020).

Ketua Umum Inaca Denon Prawiraatmadja meyakini rencana Pertamina memproduksi avtur secara mandiri juga bertujuan menurunkan harga avtur. Hal ini akan membantu meringankan beban biaya operasional maskapai Indonesia.

Sebelumnya Denon juga berharap pemerintah dapat mewujudkan penerapan avtur satu harga.

Denon menyebut kondisi saat ini terjadi disparitas harga avtur untuk wilayah Indonesia bagian barat dan timur. Selisihnya mencapai Rp3.000 per liter. Pihaknya mengaku penerapan avtur satu harga saat ini masih dalam kajian asosiasi. Beberapa bandara akan segera disurvei untuk melihat kondisi disparitas harga.

Menurutnya, biaya avtur menjadi kontributor terbesar biaya operasional maskapai, yakni antara 30-40 persen. Selain itu, fluktuasi mata uang asing juga menjadi penyebab sensitifnya biaya operasional.

Pihaknya menuturkan adanya disparitas harga avtur yang terjadi antara wilayah Barat dan Timur Indonesia. Maskapai yang beroperasi di destinasi terpencil selama ini terbebani dengan tingginya harga avtur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper