Bisnis.com, JAKARTA - Transaksi defisit berjalan (current account defisit/CAD) hingga akhir tahun 2020 diperkirakan akan relatif rendah, sejalan dengan neraca dagang Indonesia yang mencatatkan surplus hingga Juni 2020.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Juni 2020 mengalami surplus sebesar US$1,27 miliar, yang dipicu oleh ekspor yang lebih tinggi dibandingkan impor. Perdagangan barang dagangan Indonesia untuk bulan Juni 2020 membukukan surplus yang layak USD1,3 miliar vs USD2,1 miliar surplus pada Mei 2020.
Kepala Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardhana mengatakan kinerja ekspor pada Juni 2020 mengejutkan karena berhasil tercatat positif 2,3% secara year-on-year (yoy). Kinerja ekspor ini sebagian besar didorong oleh komoditas pertanian, misalnya kopi dan mesin-mesin pabrikan yang mencakup pencahayaan LED.
Di samping itu, Wisnu mengatakan impor juga mulai kembali pulih. Per Juni 2020 impor tercatat turun -6,4% yoy, tidak sedalam Mei 2020 yang tercatat -42,2%.
Oleh karena itu, dia memperkirakan CAD pada kuartal II/2020 akan ada di kisaran 1,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB). "Masih relatif rendah dibandingkan era sebelum Covid-19," katanya, Rabu (15/7/2020).
Meski demikian, menurut Wisnu, beberapa faktor perlu dipertimbangkan otoritas moneter sebelum melakukan pelonggaran moneter, di antaranya tren kenaikan inflasi global, indikator utama untuk kuartal III/2020, serta depresiasi musiman rupiah setiap bulan Agustus.
Baca Juga
"Kami anjurkan agar kebijakan suku bunga tetap sama Kamis ini [16 Juli 2020]," ujarnya.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro memprediksi ke depan impor akan tetap berjalan lambat dibandingkan ekspor, dikarenakan penghentian kegiatan investasi dan produksi di tengah pandemi Covid-19.
"[Perlambatan impor] ini dapat memperkecil CAD. Kami perkirakan CAD 2020 sebesar -1,81% dari PDB," katanya.