Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong berbagai pihak termasuk pemerintah daerah dan pelaku usaha perikanan mengembangkan budi daya ikan sidat mengingat potensinya di pasar global sangat tinggi.
"Perlu dijalin kesepakatan antara pemerintah pusat, daerah, pelaku usaha, nelayan, pembudi daya, peneliti, akademisi serta pemerhati lingkungan untuk membangun komitmen pengelolaan ikan sidat di Indonesia yang bertanggung jawab dan lestari," kata Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto, dikutip dari Antara, Minggu (12/7/2020).
Menurutnya, KKP berkomitmen untuk terus mendorong pengembangan budidaya sidat di kawasan-kawasan potensial dengan mengimplementasikan pengelolaan secara bertanggung jawab. Pengembangan budidaya ikan sidat diakuinya harus dilakukan secara bertanggung jawab untuk memastikan keberlangsungan habitat sidat tetap lestari.
Guna menjaga kelestarian dan keberlangsungan populasi sidat, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI No 19 Tahun 2012 mengenai larangan pengeluaran benih sidat dari wilayah Indonesia, dengan ukuran kurang dari atau sama dengan 150 gram per ekor dilarang untuk diekspor.
"Penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan serta penggunaan benih untuk budi daya dengan ukuran sesuai ketentuan turut menjadi faktor penunjang keberhasilan usaha budi daya yang dilakukan," katanya.
Selama siklus hidupnya, ikan sidat berperan sebagai ikan air tawar yakni mulai dari fase glass eel, elver hingga dewasa. Kemudian, ikan sidat menjadi ikan laut saat akan memijah hingga stadia telur. Setelah memijah, ikan dewasanya akan mati.
Baca Juga
Ia memaparkan lokasi pemijahan ikan sidat jenis Anguilla Bicolor Bicolor berada di dekat perairan lepas palung Mentawai Sumatera, sedangkan Anguilla Marmorata berada di bagian barat Pasifik Utara.
Adapun, ikan sidat dapat ditemukan di Pelabuhan Ratu dan Cilacap, dan pantai selatan. Ikan-ikan ini ada sepanjang tahun dan mengalami puncak pembiakan pada Desember-Februari dengan komposisi terbanyak jenis Anguilla Bicolor Bicolor dan sedikit Anguilla Marmorata.
Menurut data sementara, hasil produksi sidat di Indonesia pada 2019 mencapai 515,18 ton atau tumbuh hingga 59 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Sementara itu, Head of Aquaculture JAPFA Group, Ardi Budiono menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan kemitraan dengan beberapa pengusaha lokal untuk dapat membesarkan benih sidat dari ukuran glass eel sampai menjadi elver atau proses Shirasu . Proses ini memakan waktu kurang lebih 4-5 bulan hingga benih mencapai ukuran 2-3 gram.
"Setelah mencapai ukuran 2-3 gram per ekor, kami tampung hasilnya di perusahaan untuk dapat dibesarkan hingga mencapai ukuran panen yakni 250 gram per ekor. Proses selanjutnya adalah dikirimkan ke pabrik pengolahan, untuk dijadikan produk olahan siap santap. Model integrasi budi daya dan pengolahan sidat ini merupakan satu-satunya di Indonesia," jelas Ardi.
JAPFA Group memproduksi rata-rata lebih dari 100 ton sidat per tahun atau 380 ton sidat dalam kurun waktu 3 tahun terakhir. Total nilai ekspor yang tercatat sepanjang 2019 mencapai Rp437 miliar, Sebaliknya, total nilai ekspor sepanjang Januari- Juni 2020 senilai Rp216 miliar.