Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kargo Udara Semakin Bersinar Saat Pandemi

Kargo udara diperkirakan semakin diperhitungkan pada semester II/2020, ketika permintaan angkutan penumpang belum pulih dari Covid-19.
Ilustrasi - Aktivitas di sebuah pesawat kargo logistik./Bisnis-Istimewa
Ilustrasi - Aktivitas di sebuah pesawat kargo logistik./Bisnis-Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Angkutan kargo udara menjadi pendapatan yang kian krusial bagi para maskapai udara di tengah masih lesunya permintaan angkutan penumpang akibat Covid-19.

Ketua Indonesia National Air Carriers Association (INACA) Denon Prawiraatmadja mengatakan angkutan kargo udara menjadi sangat dibutuhkan karena permintaannya terus meningkat, sementara angkutan penumpang masih berupaya kembali menemukan performanya.

"Angkutan kargo udara sangat dibutuhkan karena permintaannya meningkat dalam masa pandemi ini, sementara traveling penumpang menurun tapi sudah berangsur-angsur membaik okupansinya kini hingga 30 persen," jelasnya kepada Bisnis, Minggu (5/7/2020).

Lebih lanjut, dia mengomentari banyaknya maskapai berjadwal yang fokus pada bisnis kargo sehingga memacu persaingan harga. Hal ini menurutnya wajar sepanjang persaingan tersebut tetap sehat.

Di sisi lain, dia mengapresiasi pemerintah yang sudah berkolaborasi dengan baik bersama para maskapai terkait optimalisasi angkutan kargo menggunakan pesawat penumpang. Dukungan pemerintah itu tercermin melalui Surat Edaran Dirjen Perhubungan Udara Nomor 13 Tahun 2020 tentang Operasional Transportasi Udara dalam Masa Kegiatan Masyarakat Produktif dan Aman dari Pandemi Covid-19.

Sementara itu, Communications Strategic of Lion Air Group Danang Mandala Prihantoro mengatakan pihaknya belum dapat memprediksi tren bisnis maskapai pada Semester II/2020. Pasalnya, masih terlalu banyak variabel yang harus dipertimbangkan.

"Kami belum tahu dan masih analisis terkait dengan pasar. Hal tersebut dikarenakan masih banyak variabel yang perlu dipertimbangkan," jelasnya.

President Director PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin mengatakan sesuai peraturan memang tidak ada pembatasan bagi penerbangan kargo. Pada 7 Mei – 7 Juni 2020 volume angkutan kargo di 19 bandara perseroan diperkirakan sekitar 34.000 ton, di mana khusus Bandara Internasional Soekarno-Hatta mencapai 27.000 ton.

“Tidak ada pembatasan bagi kargo, dan justru diperluas di mana maskapai yang mengoperasikan pesawat dengan konfigurasi penumpang dapat kemudian khusus mengoperasikan penerbangan kargo dengan memuat kargo di kabin penumpang. PT Angkasa Pura II selalu berkoordinasi dengan stakeholder guna menjaga pengelolaan di pergudangan serta aspek lainnya, memastikan kargo tertangani dengan baik,” katanya.

Dia menerangkan selama 1 bulan atau sejak 7 Mei hingga 7 Juni 2020, volume angkutan kargo memang tidak sebanyak kondisi normal. Namun, volume yang mencapai 34.000 ton ini mencerminkan bisnis angkutan kargo di industri penerbangan tetap terjaga dan masih memiliki peluang tumbuh pada 2020 ini.

Selain maskapai penumpang yang mengoperasikan penerbangan kargo, terdapat juga maskapai yang memang mengoperasikan pesawat kargo (freighter) di bandara PT Angkasa Pura II yaitu My Indo Airlines, Cargo Lux dan K-Mile Air.

PT Angkasa Pura II saat ini memiliki dua perusahaan afiliasi yang bergerak di bisnis kargo: PT Angkasa Pura Kargo (kepemilikan saham 99,99%) dan PT Gapura Angkasa (kepemilikan mayoritas 46,26%).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper