Bisnis.com, JAKARTA – Akibat diserang wabah pandemi virus Corona, perekonomian Indonesia merosot tajam. Namun, pengembangan properti dan infrastruktur di kawasan koridor timur Jakarta dinilai bisa mengawal pemulihan perekonomian.
Wakil Ketua Umum Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) Hari Ganie mengatakan bahwa saat ini dari industri properti sudah mengalami koreksi besar dari beberapa subsektor, seperti properti komersial terkoreksi 50 persen, okupansi ritel 75 persen, dan okupansi hotel 90 persen.
Sementara itu, rumah subsidi masih bertahan dengan banyaknya peminat dan kebutuhan rumah dari kalangan menengah dan menengah bawah.
Menurutnya, koridor timur bisa mengawali pemulihan perekonomian lantaran perkembangannya yang sangat cepat, dengan akses yang begitu bagus, kawasan industri yang begitu banyak, dan dapat keuntungan dengan adanya berbagai infrastruktur yang tengah dibangun pemerintah.
“Kita bisa berupaya memulihkan ekonomi lewat kawasan paling strategis, yaitu di Jabodetabek dan yang paling siap untuk bangkit adalah kawasan timur ini,” ungkapnya dalam webinar, Kamis (2/7/2020).
Direktur Jenderal Tata Ruang Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Abdul Kamarzuki mengatakan bahwa dalam Perpres Nomor 60 Tahun 2020 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur (Jabodetabek-Punjur) masih terdapat beberapa isu strategis yang harus dihadapi pengembang.
Baca Juga
“Masalahnya itu banjir, ketersediaan air baku, sanitasi dan persampahan, permasalahan pesisir dan reklamasi, kemacetan, dan antisipasi pemindahan ibu kota baru,” katanya.
Ketika menanggapi hal itu, sejumlah pengembang di kawasan koridor timur menyebutkan bahwa mereka sudah mempersiapkan diri dengan melakukan pembangunan termasuk berkonsep mixed-use, transit oriented development (TOD), dan membangun danau atau waduk buatan untuk menampung air dan mencegah masalah ketersediaan air baku.
Direktur PT Jababeka Tbk. (KIJA) Sutedja Sidarta Darmono mengatakan bahwa saat ini di koridor timur Jakarta sudah terbentuk konsorsium informal beranggotakan 15 pengembang besar sehingga sangat besar potensi pembangunannya.
“Hal itu juga melihat banyaknya pengembangan yang cukup masif antara lain commuter line, kereta api double track, koneksi dengan bus feeder, Bandara Kertajati, LRT, elevated toll, dan lain-lain,” jelasnnya.
Dari Jababeka sendiri, pengembang menyasar salah satu isu strategis, yaitu kemacetan dan rumah terjangkau. Sutedja menyebutkan bahwa Jababeka sudah memperkenalkan Jababeka TOD City, yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhan gaya hidup new normal pascapandemi.
“Bersamaan dengan perencanaan infrastruktur transportasi pemerintah, kami ada rencana mengembangkan transportasi monorel. Ini akan ditengarai oleh Jepang yang akan membangun koneksi dari Cikarang, Tanah Abang ke Jababeka, Lippo Cikarang, sampai Delta Mas,” tuturnya.
Selain itu, jika melihat produk domestik bruto (PDB) Bekasi yang menyumbang 17 persen total PDB Jawa Barat dan pendapatan per kapita Rp146 juta per tahun, Jababeka menyediakan hunian dari berbagai segmen harga mulai dari Rp500 juta sampai Rp5 miliar.
“Jadi dari lahan sudah tidak murah, tapi kami ingin membantu pemerintah. Bahkan, dulu kami sempat membangun untuk skema subsidi FLPP [fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan] bersama dengan [PT] PP Properti,” katanya.
Dia berharap agar ke depan untuk pengembangan kawasan Jabodetabek-Punjur koordinasi bersama pemerintah pusat, daerah, dan pengembang lain bisa ditingkatkan.