Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos Garuda Indonesia: Industri Penerbangan Mulai Pulih pada 2022

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra memprediksi pemulihan industri maskapai tidak bisa berlangsung cepat dan menunggu hingga dua tahun mendatang.
  Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra menjadi narasumber diskusi bertema Semangat Baru Garuda di Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (24/1/2020)./Antara
Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra menjadi narasumber diskusi bertema Semangat Baru Garuda di Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (24/1/2020)./Antara

Bisnis.com, JAKARTA - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. memprediksi pemulihan bisnis penerbangan akibat pandemi Covid-19 baru akan terjadi dua tahun lagi atau pada akhir 2022.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan pandemi saat ini telah menjadi tantangan terbesar bagi industri penerbangan, khususnya maskapai. Perlu ada penyesuaian lebih lanjut supaya proses pemulihan bisa dipercepat.

"Para analis industri penerbangan tampaknya sepakat bahwa pemulihannya hanya akan kembali pada akhir 2022. Jadi, kita mesti berhadapan dengan dua setengah tahun lagi untuk situasinya membalik seperti sebelum Covid-19. Ini tantangan yang paling besar," ujarnya dalam diskusi daring Indonesia Brand Forum 2020 di Jakarta, Rabu (1/7/2020).

Dia menilai hingga saat ini tidak ada satu pun maskapai di dunia ini yang mampu melihat dan bertahan dengan kondisi pandemi Covid-19 dan harus menunggu sampai dua tahun ke depan. Adapun, tidak sedikit maskapai yang menyatakan kebangkrutannya, karena itu merupakan pilihan yang sangat masuk akal pada hari ini.

Pihaknya mengakui dalam dua hingga tiga pekan terakhir ini mulai ada pergerakan jumlah penumpang yang positif. Akan tetapi, realisasi tersebut masih jauh dibandingkan dengan kondisi sebelum pandemi Covid-19.

Sebelumnya, Irfan mengatakan maskapai yang tengah dipimpinnya itu harus tetap terbang meski dalam keadaan "perang" yang berarti perusahaan harus tetap bertahan dan melayani angkutan udara bagaimanapun kondisinya. Pernyataan tersebut menyusul kondisi sulit yang dialami maskapai pelat merah itu akibat pandemi Covid-19.

Pihaknya menyebutkan pendapatan yang diraih hanya 10 persen, artinya selama pandemi ini sudah anjlok 90 persen dan 70 persen pesawat dikandangkan atau tidak terbang.

Namun, pihaknya tidak menjadikan kondisi sulit tersebut sebagai alasan wajar jika perusahaan merugi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper