Bisnis.com, JAKARTA – Pelonggaran aturan pembatasan sosial berskala besar dan adanya berbagai stimulus untuk mendorong perekonomian dinilai bakal menjadi angin segar bagi industri properti. Namun, dalam jangka pendek, pasar properti diperkirakan masih stagnan.
Senior Director Leads Property Darsono Tan mengatakan bahwa pada kuartal III/2020, pasar properti masih akan stagnan. Konsumen dinilai cenderung masih mengamankan dana yang dimiliki untuk kebutuhan yang lebih penting.
“Sekarang masih wait and see, yang punya dana masih disimpan untuk jaga-jaga,” ungkapnya kepada Bisnis, Selasa (30/1/2020).
Selain itu, untuk investor, pemerintah juga tengah melakukan penawaran obligasi negara ritel terbaru, seri ORI017 hingga 9 Juli 2020. Darsono menilai investor juga akan cenderung mengalirkan dananya ke obligasi tersebut lebih dulu.
Kemudian, pilihan baru yang ada juga masih terbatas akibat pandemi virus corona. Belum ada peluncuran baru yang sifatnya masif sehingga konsumen akan terus mencari sesuatu yang baru sebelum memutuskan untuk membeli hunian.
Kendati demikian, Director and Head of Research Savills Indonesia Anton Sitorus beranggapan bahwa dengan pelonggaran PSBB dan beragam stimulus ekonomi, pasar properti pada kuartal III/2020 bisa lebih baik dari kuartal I dan II.
Baca Juga
“Karena kalau dilihat trennya dari akhir tahun lalu sebetulnya kan sudah naik terus. Namun, dari harga kemungkinan memang tidak akan banyak berubah,” jelasnya.
Dalam kondisi seperti ini, menurutnya, pengembang akan berpikir dua kali sebelum menaikkan harga. Paling maksimal adalah mempertahankan harga tetap stagnan atau diturunkan lewat pemberian beragam promo dan diskon yang masih bakal berlangsung sampai beberapa triwulan ke depan.
“Kuartal III/2020 nanti, segmen menengah dan menengah atas mulai kembali. Segmen harga di bawah Rp500 juta juga akan tetap ramai. Cuma orang juga lihat-lihat pengembangnya siapa. Kalau murah, tapi pengembangnya enggak jelas ya, enggak akan diserbu juga,” ungkapnya.