Bisnis.com, JAKARTA — Sektor properti diharapkan mulai pulih pada semester II/2020 seiring dengan adanya katalis positif seperti pelonggaran pembatasan sosial dan fase kenormalan baru atau new normal sehingga lambat laun pasar properti akan terus bergerak.
Wakil Ketua Umum DPP Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia Theresia Rustandi mengatakan bahwa pemulihan pada semester kedua tahun ini juga diharapkan lantaran rata-rata akselerasi bisnis properti terjadi pada pertengahan menuju akhir tahun.
"Kami berharap demikian dan biasanya transaksi properti memang banyak terjadi pada semester kedua," katanya pada Bisnis, Rabu (24/6/2020).
Harapan itu juga muncul karena belum lama ini Bank Indonesia memangkas suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 4,25 persen. Pemangkasan itu diharapkan menjadi katalis positif bagi sektor properti dan direspons cepat oleh perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit di setiap segmen.
Menurut Theresia, adanya insentif ataupun relaksasi yang selama ini telah diberikan untuk mendorong perekonomian harus juga sejalan dengan eksekusi di lapangan. Dengan segala skenario yang ada demikian, sektor properti dapat segera bangkit.
Lagi pula, dia menyatakan bahwa adanya virus corona baru atau Covid-19 yang berujung pada terbatasnya aktivitas masyarakat membuat konsumen akan terbiasa mencari huniannya secara digital. Saat ini, kata dia, konsumen sudah mulai terbiasa dan nyaman dengan teknologi sehingga tidak harus pergi jauh untuk sekadar menyurvei lokasi.
Baca Juga
Pergeseran konsumen dalam mencari properti itu dinilai menjadi kesempatan sekaligus tantangan yang harus disiasati oleh pengembang dalam beberapa waktu ke depan.
"Paling tidak source of information pertama adalah dari online dan informasi tersebut harus kredibel. Trust menjadi faktor penting untuk dibangun oleh perusahaan," ujarnya.
Pengembang khususnya di segmen rumah bersubsidi juga tampaknya mulai percaya diri pasar akan berangsur pulih setelah sebelumnya terdampak cukup hebat karena corona.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Bogor Raya Depok Azhary Husni mengatakan bahwa tanda-tanda pergerakan pasar perumahan sudah terlihat belakangan waktu ini.
Adanya pelonggaran pembatasan sosial, ditambah segala bentuk keringanan yang diberikan pengembang lambat laun menstimulus konsumen untuk membeli rumah. Strategi pemasaran dan penjualan yang diterapkan pengembang juga menjadi nilai tambah.
Menurutnya, pasar perumahan di wilayah Bogor Raya dan Depok yang mulai merangkak positif adalah segmen harga rumah subsidi atau secara umum di bawah Rp500 juta untuk pemilik rumah pertama (end user). Padahal, sebelumnya pukulan telak terjadi hampir di semua segmen.
Melihat kondisi saat ini, Komisaris Utama PT PassionPro Membangun Indonesia itu meyakini pasar perumahan bisa kembali berakselerasi di semester kedua tahun ini dengan catatan harus didukung semua pihak.
Meskipun pasar bakal pulih, diperkirakan hanya terjadi pada beberapa subsektor tertentu dan tidak berlangsung di semua daerah. Bisnis mencatat bahwa pergerakan di luar Pulau Jawa masih cenderung tertahan karena faktor psikologis dan daya beli masyarakat.