Bisnis.com, JAKARTA — Jepang dibuat bingung oleh perubahan kebijakan Indonesia yang mendadak terhadap proyek kereta api berkecepatan tinggi. Jakarta sekarang meminta Tokyo untuk bergabung dalam kesepakatan infrastruktur utama yang awalnya jatuh ke China.
"Secara normal, [Indonesia] seharusnya berbicara dengan kami terlebih dahulu," kata seorang pejabat Pemerintah Jepang, merujuk pada proposal baru Jakarta, seperti dikutip dari kantor berita Jepang Kyodo, Minggu (28/6/2020).
Indonesia mengirim proposal kepada Jepang untuk mengintegrasikan proyek yang kereta cepat Jakarta—Bandung dipimpin China dengan rencana pembangunan kereta api semicepat yang melibatkan Jepang (Jakarta—Surabaya).
Hal ini, menurut Jepang, berarti memperpanjang proyek kereta kereta cepat Jakarta—Bandung sepanjang 140 kilometer yang digarap konsorsium Indonesia dan China.
Proyek kereta cepat yang digarap mulai 2016 oleh konsorsium Indonesia-China awalnya dijadwalkan selesai pada 2019, tetapi ditunda hingga 2021 antara lain karena masalah dengan lahan.
Setelah proyek itu jatuh kepada China, Jepang pada September 2019 mencapai kesepakatan dengan Indonesia untuk menggarap proyek kereta semicepat Jakarta—Surabaya sepanjang 720 kilometer.
Baca Juga
Konsorsium Indonesia-Jepang telah memulai studi kelayakan proyek yang dijadwalkan selesai pada akhir 2020.
"Kami akan dengan tenang melanjutkan studi kelayakan untuk proyek ini," kata seseorang yang terlibat dalam proyek kereta api berkecepatan sedang tersebut.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengusulkan agar trayek proyek kereta cepat Jakarta—Bandung diperpanjang hingga Surabaya.
Menteri Koodinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa terjadi over-run budget proyek pada kereta cepat dan terlambat selama 1 tahun.
"Presiden [Jokowi] mengarahkan agar lebih ekonomis untuk didorong kelanjutan proyek tidak hanya berhenti di Bandung, tetapi sampai Surabaya," ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (29/5/2020).
Lebih lanjut, Presiden Jokowi juga mengusulkan penambahan konsorsium dari Jepang.