Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KCIC Bicara Nasib Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Jadi Dibangun?

KCIC mengungkapkan perkembangan terkini terkait dengan rencana pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya yang membutuhkan investasi jumbo.
Rangkaian Electric Multiple Unit (EMU) Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) saat berada di Stasiun KCJB Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu (13/9/2023). Bisnis/Rachman
Rangkaian Electric Multiple Unit (EMU) Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) saat berada di Stasiun KCJB Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu (13/9/2023). Bisnis/Rachman

Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Dwiyana Slamet Riyadi mengungkapkan nasib keberlanjutan proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya.

Dwiyana mengatakan bahwa keberlanjutan megaproyek itu bergantung pada dukungan pemerintah. Pasalnya, realisasi proyek tersebut membutuhkan investasi jumbo.

"Kereta api cepat itu mahal, tidak semua perbankan atau lembaga keuangan mampu dan mau mendanai Kereta Cepat, makanya di banyak negara penyediaan kereta cepat itu dari pemerintah, tergantung good will pemerintah," kata Dwiyana seperti dikutip dari Antara, Selasa (8/7/2025).

Dwiyana menyampaikan hal tersebut pada sela-sela Kongres Global ke-12 Kereta Cepat berlangsung pada 8-11 Juli 2025 di Beijing. Indonesia diundang datang ke acara tersebut karena memiliki kereta cepat Jakarta-Bandung (Whoosh) yang beroperasi sejak Oktober 2023.

"Minimal lahan dan sebagian infrastruktur itu pasti dari pemerintah, jadinya berat kalau semuanya ditanggung KCIC sehingga beban yang harus ditanggung KCIC untuk pengembalian investasinya menjadi lama, ini salah satu pelajaran dari proyek Whoosh kemarin," tambah Dwiyana.

Namun, menurut Dwiyana, sewajarnya bagi KCIC untuk terus berkembang, bukan hanya melayani rute Jakarta-Bandung.

"Kalau secara skala ekonomi memang suatu keharusan untuk ditambah misalnya ke Yogyakarta atau ke Surabaya, tapi semuanya harus tergantung kepada pemerintah," ungkap Dwiyana.

Dwiyana menyebut bahwa pemerintah sebenarnya sudah memiliki masterplan kereta cepat Jakarta-Surabaya dalam Sistem Transportasi Nasional.

"Tapi saat ini rencana tersebut sedang direview oleh Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan. Pak AHY karena sudah lama, jadi perlu untuk menyesuaikan dengan kondisi terkini," ujarnya.

Sementara itu, untuk kereta cepat Jakarta-Surabaya sendiri menurut Dwiyana saat ini masih dalam tahap preliminary study sehingga belum bisa ditentukan mengenai trase (rencana tapak jalur kereta cepat yang telah diketahui titik-titik koordinatnya) di mana, apakah memungkinkan untuk dibangun, kemampuan pembiayaan dan lainnya.

"Belum sampai situ, masih jauh, tapi dari pemerintah ada niat untuk mendorong ke arah sana. Tergantung sekarang dari sisi finansialnya bagaimana, atau trasenya bagaimana dan lain-lain karena kita belajar dari proyek Jakarta-Bandung yang butuh banyak evaluasi," jelas Dwiyana.

Untuk preliminary study kereta cepat Jakarta-Surabaya dikerjakan oleh konsutan asal China yaitu China Railway Design Corporation (CRDC) dan beberapa konsultan dari Indonesia.

"Jadi ada beberapa yang mengerjakan, supaya masukannya lebih berimbang," ungkap Dwiyana.

Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Whoosh) sendiri pertama kali beroperasi untuk umum pada 2 Oktober 2023 dan hingga Juni 2025 telah melayani lebih dari 10.014.707 penumpang.

Whoosh menelan investasi hingga US$7,2 miliar atau setara Rp110,16 triliun. Nilai investasi tersebut sebelumnya telah mengalami pembengkakan biaya sebesar US$1,2 miliar (Rp18,36 triliun) dari target awal biaya proyek sebesar US$6 miliar (Rp91,8 triliun).

Sebanyak 60 persen dari pembengkakan biaya atau sekitar US$720 juta (Rp11,1 triliun) akan dibayarkan oleh konsorsium dari Indonesia, sedangkan 40 persen sisanya atau sekitar US$480 juta (Rp7,36 triliun) akan dibayarkan oleh konsorsium China.

Indonesia mendapatkan pinjaman dari China Development Bank (CBD) untuk proyek tersebut sekitar 75 persen atau sekitar Rp70,5 triliun. Dengan pembengkakan biaya tersebut, CBD kembali memberikan pinjaman kepada Indonesia sebesar 550 juta dolar AS atau sekitar Rp8,5 triliun dengan bunga 3,4 persen dan tenor 30 tahun.

Total utang Indonesia dalam proyek kereta cepat Jakarta-Bandung pun mencapai Rp79 triliun.

Dengan asumsi bunga 3,4 persen dan tenor 30 tahun (360 bulan) maka setiap bulannya, utang pokok yang harus dibayarkan adalah sebesar Rp219,44 miliar.

Sementara bunga yang harus dibayar per bulan adalah Rp7,46 miliar per bulan. Dengan hitungan kasar, nilai utang pokok dan bunga yang bakal dibayarkan untuk melunasi utang kereta cepat mencapai Rp226,9 miliar.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper