Bisnis.com, JAKARTA - PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) mengaku hanya memiliki peluang meraup pendapatan dari tiket penumpang menjelang akhir tahun (natal dan tahun baru/nataru) setelah kehilangan empat peluang lainnya selama periode sibuk bagi maskapai.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menjelaskan hingga Mei 2020, jumlah penumpang perseroan hanya menyisakan sebesar 10 persen dibandingkan dengan kondisi normal. Padahal, sepanjang tahun biasanya memiliki lima periode high season.
“Tinggal satu opsi saja untuk dinikmati akhir tahun. Namun ini juga belum pasti bisa saja kita kehilangan lagi. Ini tekanan finansial, yang sangat berarti,” jelasnya, Jumat (19/6/2020).
Dia menjelaskan kelima periode sibuk tersebut antara lain, pertama, musim mudik lebaran yang secara otomatis kehilangan momentumnya dengan adanya larangan mudik. Momentum kedua, yakni libur sekolah pada Juni - Juli dengan mayoritas pemesanan dibatalkan.
Selanjutnya, periode ketiga, maskapai pelat merah tersebut harus kehilangan penerbangan umrah yang biasanya bisa mengangkut penumpang 300.000 – 400.000 jemaah. Terakhir, emiten berkode saham GIAA kehilangan sekitar 110.000 penumpang seiring dengan dibatalkannya ibadah haji.
Lazimnya, kata Irfan, selama haji maskapai beroperasional masif hingga belasan penerbangan per harinya dan layanan bagasi yang meningkat.
Baca Juga
Terlebih, dia menyebutkan riset menunjukkan 60 persen hingga 70 persen yang biasa bepergian memutuskan masih menunggu. Dia memproyeksikan jika 60 persen penumpang ini memilih menunda perjalanan, perseroan akan lebih banyak mengandangkan pesawat selama enam bulan ke depan.
Maskapai berjenis layanan penuh tersebut memang tengah memasuki mode bertahan dan belum secara pasti dapat memiliki daya tahan hingga satu dua bulan ke depan. Terlebih saat ini GIAA juga telah mengandangkan 70 persen pesawatnya.