Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos Garuda Indonesia: Peluang Terakhir Tinggal Nataru

Garuda Indonesi mengaku hanya memiliki peluang meraup pendapatan dari tiket penumpang pada periode natal dan tahun baru (nataru) akibat dampak pandemi Covid-19.
Pesawat Airbus A330-900neo milik Garuda Indonesia di Hanggar 2 GMF AeroAsia, Rabu (27/11/2019) malam./Bisnis-Rio Sandy Pradana
Pesawat Airbus A330-900neo milik Garuda Indonesia di Hanggar 2 GMF AeroAsia, Rabu (27/11/2019) malam./Bisnis-Rio Sandy Pradana

Bisnis.com, JAKARTA - PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) mengaku hanya memiliki peluang meraup pendapatan dari tiket penumpang menjelang akhir tahun (natal dan tahun baru/nataru) setelah kehilangan empat peluang lainnya selama periode sibuk bagi maskapai.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menjelaskan hingga Mei 2020, jumlah penumpang perseroan hanya menyisakan sebesar 10 persen dibandingkan dengan kondisi normal. Padahal, sepanjang tahun biasanya memiliki lima periode high season.

“Tinggal satu opsi saja untuk dinikmati akhir tahun. Namun ini juga belum pasti bisa saja kita kehilangan lagi. Ini tekanan finansial, yang sangat berarti,” jelasnya, Jumat (19/6/2020).

Dia menjelaskan kelima periode sibuk tersebut antara lain, pertama, musim mudik lebaran yang secara otomatis kehilangan momentumnya dengan adanya larangan mudik. Momentum kedua, yakni libur sekolah pada Juni - Juli dengan mayoritas pemesanan dibatalkan.

Selanjutnya, periode ketiga, maskapai pelat merah tersebut harus kehilangan penerbangan umrah yang biasanya bisa mengangkut penumpang 300.000 – 400.000 jemaah. Terakhir, emiten berkode saham GIAA kehilangan sekitar 110.000 penumpang seiring dengan dibatalkannya ibadah haji.

Lazimnya, kata Irfan, selama haji maskapai beroperasional masif hingga belasan penerbangan per harinya dan layanan bagasi yang meningkat.

Terlebih, dia menyebutkan riset menunjukkan 60 persen hingga 70 persen yang biasa bepergian memutuskan masih menunggu. Dia memproyeksikan jika 60 persen penumpang ini memilih  menunda perjalanan, perseroan akan lebih banyak mengandangkan pesawat selama enam bulan ke depan.

Maskapai berjenis layanan penuh tersebut memang tengah memasuki mode bertahan dan belum secara pasti dapat memiliki daya tahan hingga satu dua bulan ke depan. Terlebih saat ini GIAA juga telah mengandangkan 70 persen pesawatnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper