Bisnis.com, JAKARTA - Ketahanan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) kembali diuji. Setelah mampu selamat dari krisis ekonomi yang terjadi pada periode 1998 dan 2008, mampukah UMKM bertahan dari badai krisis akibat pandemi Covid-19 kali ini?
Kepala Ekonom PT Bank Pertama Tbk. Josua Pardede mengatakan kinerja semua lini bisnis diprediksi anjlok lantaran diterapkannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk mengurangi penyebaran wabah Covid-19. Situasi tersebut tidak hanya menghantam sektor usaha besar, tetapi pelaku UMKM di Indonesia.
"Kalau kita bandingkan dengan krisis ekonomi pada 1997-1998 itu korporasi kena dampak, UMKM jadi penyelamat. Sekarang semua sektor kena, termasuk UMKM. Makanya, pemerintah harus prioritaskan anggaran untuk UMKM," katanya dalam diskusi virtual, Jumat (19/6/2020).
Dia menuturkan pandemi Covid-19 berdampak pada sebagian besar bisnis UMKM di Indonesia. Pelaku UMKM, lanjutnya, merasakan penurunan penghasilan akibat kebijakan social-physical distancing.
Mengacu pada data Kementerian Koperasi dan UMKM, sebanyak 37 persen UMKM yang menjadi responden mengaku tidak mendapat penghasilan akibat pandemi Corona.
"26 persen responden mengaku penghasilan mereka turun lebih dari 60 persen. Sisanya, pelaku UMKM mengeluhkan omzet turun dar 10-30 persen," jelasnya.
Baca Juga
Kondisi yang terjadi pada UMKM, lanjutnya, harus menjadi perhatian pemerintah. Pasalnya, UMKM tercatat sebagai salah satu sektor yang menyerap banyak tenaga kerja.
Karena permintaan menurun drastis, Josua memperkirakan penghasilan pemain juga ikut tergerus sehingga menyebabkan kredit UMKM di perbankan ikut terdampak.
"Porsi kredit UMKM di bank saat ini berkisar 18 persen dari total kredit. Pertumbuhan kredit per Maret 2020 melambat karena adanya PSBB," jelasnya.