Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rasio Utang Krisis 98 Capai 100 Persen, Wamenkeu: Belum Lunas

Utang Indonesia pada 1998 mencapai 100 persen dari PDB dan belum lunas saat ini.
Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menunjukkan bukti e-Filling SPT yang telah diisi kepada wartawan di Gedung Mar'ie Muhammad, Kemenkeu, Jakarta, Selasa (10/3/2020).
Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menunjukkan bukti e-Filling SPT yang telah diisi kepada wartawan di Gedung Mar'ie Muhammad, Kemenkeu, Jakarta, Selasa (10/3/2020).

Bisnis.com, JAKARTA - Wakil Menteri Keuangan RI Suahasil Nazara mengungkapkan masih ada sisa utang pemerintah pada krisis ekonomi 1997-1988 yang belum dibayar hingga saat ini.

Dia mengungkapkan utang yang jumlahnya mendekati dari total produk domestik bruto (PDB) digunakan untuk memulihkan ekonomi dari goncangan krisis finansial di akhir periode Orde Baru.

"Utang dari periode 1998 masih ada yang belum kita bayar sampai sekarang. Generasi sekarang masih harus membayar utang 22 tahun yang lalu yang memang dilakukan karena krisis. Semua tercatat di neraca Bank Indonesia," katanya dalam sesi Instagram Live bersama ekonom Masyita Crystallin, Kamis (17/6/2020).

Dia mengatakan generasi senior saat periode 1997-1998 harus mencari utang dalam jumlah besar karena situasi perekonomian, sosial, dan politik Indonesia kala itu sangat tidak stabil.

Bahkan, utang pemerintah pada saat krisis 1997-1998 mendekati 100 persen dari total PDB. Dia lantas membandingkan beban utang saat krisis 22 tahun silam dengan krisis akibat pandemi Virus Corona (Covid-19).

Menurutnya, pengelolaan utang pemerintah saat ini lebih baik (justified) dibandingkan periode krisis sebelumnya.

"Sekarang utang kita naik dari 30 persen menjadi 35 persen dari total PDB. Pengelolaan utang sekarang jauh lebih bagus dari 1998, dari segi konseptual. Utang ini kita pertanggungjawabkan, misalnya ada laporang keuangan pemerintah, lalu audit BPK, dan disampaikan ke DPR sehingga masyarakat tahu," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper