Bisnis.com, JAKARTA - Kalangan ekonom memprediksi Bank Indonesia akan kembali menahan suku bunga acuan (BI7DRR) pada level 4,5 persen. Sikap bank sentral terhadap bunga acuan akan diumumkan pada konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG), Kamis (18/6/2020).
Kepala Ekonom PT Bank BNI (Persero) Tbk. Ryan Kiryanto memperkirakan bank sentral menahan suku bunga acuan untuk tetap di kisaran 4,5 persen.
"Dugaan saya bertahan [4,5 persen]. Apalagi, katanya suku bunga di Amerika Serikat [US Treasury] di level 0 persen sampai 2022," katanya ketika dihubungi Bisnis, Rabu (17/6/2020).
Ryan mengatakan bank sentral di seluruh dunia justru menggunakan jalur non-suku bunga untuk memulihkan ekonomi yang terdampak wabah pandemi Covid-19. Strategi tersebut diterapkan oleh negara maju, seperti Amerika dan negara-negara di Uni Eropa.
Menurutnya, kebijakan fiskal lebih efektif mendorong perekonomian suatu negara ketimbang stimulus moneter, khususnya pemangkasan suku bunga acuan.
"Mau suku bunga diturunkan sedalam mungkin, jika wabah Covid-19 belum pergi ya percuma," imbuhnya.
Baca Juga
Dia mengatakan stimulus fiskal yang digelontorkan pemerintah, seperti program bantuan sosial (bansos), dapat menggerakkan roda perekonomian.
Pasalnya, masyarakat yang menerima bantuan tunai langsung (BLT) dapat membelanjakan dana tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Ketika diberikan BLT, mereka akan belanja. Demand meningkat sehingga pabrik-pabrik akan mulai memproduksi bahan. Mesin ekonomi bisa bergerak lewat stimulus fiskal," jelasnya.
Senada dengan Ryan, Direktur Eksekutif INDEF Tauhid Ahmad meramal Bank Indonesia menahan suku bunga acuan pada level 4,5 persen.
"Saya melihat BI dalam kondisi seperti ini tak akan menurunkan suku bunga karena akan berpotensi membuat rupiah terdepresiasi," imbuhnya.
Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 18-19 Mei 2020 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada level 4,5 persen.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkapkan keputusan tersebut mempertimbangkan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar di tengah ketidakpastian global.