Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ada Pandemi Covid-19, Misi Dagang RI Temui Kendala

Dibatasinya pergerakan manusia di hampir seluruh dunia akibat adanya wabah Covid-19, membuat misi dagang yang dicanangkan RI tahun ini menemui kendala. Alhasil, kondisi ini turut mempengaruhi upaya perbaikan kinerja dagang nasional.
/Ilustrasi-tradexpoindonesia.com
/Ilustrasi-tradexpoindonesia.com

Bisnis.com, JAKARTA – Proses pemulihan ekspor Indonesia menghadapi banyak tantangan. Salah satunya proses pelaksanaan misi dagang di beberapa negara yang harus tertunda sebagai imbas dari Covid-19 dan adanya realokasi anggaran Pemerintah.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Kasan Muhri mengemukakan bahwa sejumlah target misi dagang harus ditunda dan diundur karena pandemi Covid-19. Kendati demikian, dia mencatat misi dagang ke sejumlah negara target berpeluang dapat terus berlanjut sebagai tindak lanjut kerja sama bilateral.

Dia memberi contoh pada mundurnya pelaksanaan misi dagang ke Rusia yang mulanya diagendakan dapat dilaksanakan pada April lalu. Kasan menjelaskan misi dagang dengan potensi ekspor US$905,3 juta itu untuk sementara diubah pelaksanaanya antara September atau Oktober.

"Rencananya akan digandengkan dengan kesepakatan Indonesia dengan Komisi Ekonomi Eurasia yang beranggotakan Rusia, Belarusia, Azerbaijan, dan lainnya," ujar Kasan kepada Bisnis, akhir pekan lalu.

Seperti diketahui, pada 2020 ini, Kementerian Perdagangan sejatinya menyiapkan misi dagang ke 11 negara tujuan dengan target potensi ekspor mencapai US$62,60 miliar.

Misi dagang tersebut awalnya mencakup Amerika Serikat, Prancis, Swiss, Rusia, Azerbaijan, Arab Saudi, China, Myanmar, Vietnam, dan Australia. Negara-negara tersebut dipilih dengan berlandaskan pada implementasi kesepakatan dagang, tingkat pertumbuhan ekspor, dan imbal dagang akibat defisit migas.

Kasan menjelaskan bahwa pihaknya kini tengah fokus mengidentifikasi produk-produk ekspor yang potensial di masing-masing negara.

Adapun, misi dagang ke China pun disebut Kasan berpeluang berlanjut tahun ini melalui keikutsertaan Indonesia dalam China International Import Expo 2020 yang dijadwalkan berlangsung pada November mendatang. Terdapat pula China-Asean Expo (CAEXPO) yang diundur pelaksanaannya dari September ke November 2020.

Dalam perencanaannya, target nilai ekspor melalui misi dagang sendiri mencapai US$28,17 miliar yang dihitung dari potensi imbal dagang defisit dan transaksi dari pameran.

Adapun dari segi realisasi, Kasan menjelaskan terdapat sejumlah transaksi dagang yang telah disepakati dengan Australia yang mencakup ekspor produk olahan plastik senilai AU$340.000 atau setara US$232.520, ekspor gula merah dan kotak karton senilai AU$78.000 atau setara US$53.343 serta ekspor produk sarung tangan sebesar US$1 juta.

Selain itu terdapat pula kesepakatan ekspor makanan olahan dan buah-buahan dengan nilai US$75.000 ke Uni Emirat Arab.

Meski misi dagang ke sejumlah negara target seperti Prancis, Swiss, Vietnam, Myanmar, dan Azerbaijan harus terkendala pelaksanaannya tahun ini, Kasan memastikan bahwa pihaknya melalui perwakilan dagang terus mengupayakan pemasaran produk Indonesia di luar negeri.

Hal ini tercermin dari kesepakatan transaksi yang terjalin pada mitra dagang di luar misi seperti disepakatinya kontrak ekspor perdana rumput laut ke Korea Selatan senilai US$17.000 dan transaksi ekspor kopi ke Mesir senilai US$50 juta sebagai realisasi dari kontrak dagang Trade Expo Indonesia 2019.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W. Kamdani menilai target transaksi dari misi dagang 2020 menjadi kurang realistis seiring dibatasinya mobilitas selama pandemi dan adanya koreksi pada pertumbuhan ekonomi nasional dan global. Selain itu, efektivitas misi dagang yang dialihkan secara virtual pun disebutnya belum dapat diketahui.

Dalam kondisi ekonomi yang tak menentu, Shinta pun menjelaskan bahwa hampir semua perusahaan di dalam dan luar negeri cenderung menahan diri untuk kegiatan ekonomi yang bersifat ekspansif. Di sisi lain, harga komoditas internasional pun cenderung anjlok karena permintaan yang melemah.

"Dalam kondisi ini, pelaku usaha nasional masih bersyukur kalau masih ada transaksi ekspor yang tidak dihentikan karena banyak buyer asing yang meminta pengiriman barang dihentikan sampai waktu yang tak ditentukan akibat lesunya pasar," terang Shinta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper