Bisnis, JAKARTA – Upaya pemerintah untuk meningkatkan kontribusi ekspor sebagai penopang utama cadangan devisa diprediksi terhambat. Pasalnya, dalam waktu dekat kinerja ekspor diyakini masih belum terkerek.
Sebaliknya, aktivitas impor diperkirakan bakal lebih meningkat sejalan dengan pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan pulihnya aktivitas manufaktur.
“Harapan memang cadev dari ekspor. Tapi, PSBB dilonggarkan akan meningkatkan aktivitas produksi dan manufaktur bergerak. Jadi akan ada kenaikan terutama untuk impor bahan baku,” kata Chief Economist Bank BNI Ryan Kiryanto kepada Bisnis.com, Selasa (9/6).
Di sisi lain, melonjaknya impor merupakan indikasi bahwa perekonomian nasional mulai menunjukkan pemulihan setelah tersendat selama kurang lebih 3 bulan.
Faktor lain yang juga menghambat ekspor adalah mulai berakhirnya 'era lockdown' di beberapa negara yang terjangkiti pandemi Covid-19. “Negara lain juga melakukan hal sama, jadi memang ekspor masih menantang.”
Bank Indonesia mencatat, cadangan devisa pada akhir Mei 2020 tercatat US$130,5 miliar, meningkat dibandingkan dengan posisi April 2020 sebesar US$127,9 miliar.
Posisi cadangan devisa US$130,5 miliar setara dengan pembiayaan 8,3 bulan impor atau 8,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Peningkatan cadangan devisa pada Mei 2020 terutama dipengaruhi oleh penarikan utang luar negeri pemerintah dan penempatan valas perbankan di Bank Indonesia.