Bisnis.com, JAKARTA – Menghadapi pandemi dan menuju penerapan kenormalan baru (new normal), banyak pengembang baik berskala besar apalagi yang berskala kecil harus terus memutar otak dan berinovasi agar tetap bisa merangkul pembeli.
CEO Crown Group Iwan Sunito mengatakan bahwa selama masa pandemi ini, pengembang hanya bisa memperkirakan kondisi pasarnya untuk sepekan ke depan. Padahal, dalam kondisi normal, kondisi pasar bisa diramalkan hingga per lima tahun.
Oleh karena itu, Iwan mengatakan, dalam kondisi seperti ini, pengembang harus bisa dan mau melakukan apa saja yang bisa dilakukan agar tetap bisa menyelamatkan diri di kondisi tak menentu seperti ini.
“Sekarang fokus pada hal positif, pada peluang, dalam waktu dekat apa yang bisa dilakukan ya dilakukan. Kalau kita fokus pada yang negatif seperti berita bahwa kasus Covid-19 di Indonesia belum turun, kita akan berhenti terus, tidak mau jalan, malah bisnis kita yang mati,” ungkapnya dalam webinar, Kamis (11/6/2020).
Salah satu strategi utama yang dilakukan Crown Group, kata Iwan, adalah mengurangi biaya-biaya tambahan yang tidak perlu, dan mengambil kesempatan untuk berkembang lebih besar.
“Ketika mau ekspansi di luar negeri, CEO harus terbang ke negara itu, harus hadir. Ini kan biaya juga. Dengan kondisi seperti ini bisa dikurangi, jam kerja dikurangi juga supaya biaya upah per jam [di Australia] bisa disusutkan. Pangkas sampai kita tahu kita bisa bertahan setidaknya sampai akhir tahun,” kata Iwan.
Baca Juga
Adapun, menurut Iwan, jika hal itu sudah dilakukan, pengembang tak perlu terlalu khawatir, karena pemerintah pasti akan memberikan solusi-solusi agar sektor properti bisa tetap berjalan.
“Pemerintah itu tidak akan membiatkan perekonomian negaranya kolaps, bahkan sampai kalau perlu utang, mereka akan lakukan. Makanya, pengembang justru harus bersiap untuk rebound-nya, ketika kondisi sudah pulih,” lanjutnya.
Selain itu, bagi pengembang yang masih baru masuk ke dunia properti, jangan lupa untuk terus menimba ilmu dari orang-orang yang lebih berpengalaman dan menunjukkan kualitas pada portofolio yang dimiliki.
“Jadi pengembang banyak kan yang terus ingin buat sesuatu yang beda, padahal kalau mau dilihat orang yang penting bagus saja, berkualitas, dan buktikan kalau memang bagus. Selama sudah bagus, kita sudah menujukkan sesuatu yang berbeda,” tambahnya.
Iwan menyarankan agar pengembang juga tak mengambil risiko 'bermain' di bidang yang belum dikuasai. Pengembang rumah tapak agar fokus pada pasarnya, begitu pula dengan pengembang subsektor properti lainnya, seperti produk-produk perkantoran atau ritel.
Di kesempatan yang sama, Komisaris PT Pollux Barelang Megasuperblok Meisterstadt Batam Ilham Akbar Habibie mengatakan bahwa industri apapun, termasuk pengembang properti harus bersedia mengikuti perkembangan teknologi.
“Karena teknologi tujuannya untuk memaksimalkan kualitas hidup. Jadi memang selalu terjadi teknologi di awal dimusuhi, karena manusia susah berubah. Tapi di saat seperti ini ya harus mau ikut berkembang dengan teknologi,” ujarnya.