Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Keterisian Penumpang Ditambah, Tarif Pesawat Tetap Naik

Upaya pemerintah menambah keterisian penumpang hingga mencapai 70 persen dinilai belum cukup menutup operasional, sehingga harus ada kenaikan tarif tiket pesawat.
Sejumlah pesawat terpakir di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (24/4/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Sejumlah pesawat terpakir di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (24/4/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Upaya pemerintah merevisi ketentuan tingkat okupansi atau keterisian penumpang dengan tetap menjaga jarak hingga mencapai 70 persen untuk moda transportasi udara dinilai belum cukup menutup tarif tiket pesawat yang dijual saat ini.

Pemerhati penerbangan yang juga anggota ombudsman Alvin Lie menilai dengan menaikkan kapasitas penumpang dari semula sebesar 50 persen menjadi 70 persen tidak lantas bisa menekan harga tiket. Terlebih, tarif batas atas (TBA) tiket pesawat belum naik sejak 2016.

Alvin juga menyebutkan dengan adanya tambahan biaya operasional dengan bertambahnya layanan menjelang tatanan normal baru. Secara teori, pendapatan yang diraup maskapai bisa lebih tinggi dengan pelonggaran okupansi, tetapi belum tentu masyarakat juga tetap berkeinginan untuk bepergian.

“Kami rapat dengan Kemenhub pekan lalu. Saya sampaikan kalau ingin membatasi kapasitas TBA harus naik. Batas atas itu memang harus direvisi sejak 2016. Itu pun dengan relaksasi ini harganya boleh naik belum tentu juga mau naik dengan segala ribetnya,” jelasnya, Rabu (10/6/2020).

Sementara itu, PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) tak menampik adanya biaya operasional tambahan yang harus dikeluarkan menuju tatanan normal baru dengan sejumlah protokoler kesehatan yang harus dipatuhi.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengupayakan biaya tambahan tersebut tidak berpengaruh signifikan jika dibandingkan dengan biaya terbang. Saat ini dia sedang mengupayakan agar tidak membebankan biaya tambahan kepada penumpang karena penumpang sudah harus membayar tiket dan biaya kesehatan.

“Tapi mesti menghitung juga kalau dinaikkan jadi terbang apa enggak. Namun rasanya, kedepan ini cara berpikir masyarakat mungkin berubah. Mungkin ke depan penumpang bakal cari yang lebih aman bahwa tidak akan tertular dan menularkan selama di bandara dan pesawat. Itu jadi pertimbangan baru. Jadi harga akan menjadi kriteria terakhir,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Maskapai Indonesia atau Indonesia National Air Carriers Association (INACA), Denon Prawiraatmadja mengatakan, kenaikan harga tiket akan membuat penumpang semakin merasa aman dan nyaman dalam melakukan perjalanannya.

"Pada akhirnya ini akan memberikan value untuk maskapai memberikan jaminan bahwa mereka akan melakukan travelling dengan sehat terjamin," ucapnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper