Bisnis.com, JAKARTA – Pasar tenaga kerja Amerika Serikat membuat kejutan dengan data yang berbanding terbalik dengan perkiraan pada bulan Mei, menunjukkan prekonomian mulai pulih dari resesi akibat virus corona.
Dilansir dari Bloomberg, Departement Tenaga Kerja AS mencatat non-farm payroll meningkat 2,5 juta, melampaui proyeksi analis yang memperkirakan penurunan tajam setelah jatuh 20,7 juta pada bulan sebelumnya, rekor terbesar sejak 1939.
Sementara itu, tingkat pengangguran turun menjadi 13,3 persen pada Mei dari 14,7 persen bulan sebelumnya..
Konsensus ekonom dalam survei Bloomberg memperkirakan penurunan non-farm payroll sebesar 7,5 juta dan tingkat pengangguran melonjak menjadi 19 persen. Tidak ada seorang pun ekonom yang memproyeksikan peningkatan..
Bursa saham AS melonjak setelah laporan tersebut. Data tersebut begitu mencengangkan sehingga Presiden Donald Trump mengatakan ia akan mengadakan konferensi pers pada pukul 10 pagi di Washington untuk membahas laporan ini.
Meskipun gambaran keseluruhan membaik, salah satu data kunci dalam laporan memburuk. Tingkat pengangguran warga kulit kulit putih dan Hispanik AS menurun, namun pengngguran warga Afrika-Amerika naik menjadi 16,8 persen, tertinggi sejak 1984.
Ini terjadi di tengah aksi protes nasional atas perlakuan buruk polisi terhadap warga kulit hitam Afrika-Amerika, yang telah menarik perhatian baru pada keadaan ekonomi orang kulit hitam.
Data menunjukkan ekonomi AS mulai pulih kembali dari resesi ketika negara-negara bagian melonggarkan pembatasan dan aktivitas bisnis dimulai kembali. Pada saat yang sama, kurangnya pengobatan yang efektif untuk Covid-19 berarti infeksi dapat bertahan dan mungkin melonjak dalam gelombang kedua. Hal ini berpotensi lebih mengguncang pasar tenaga kerja dan memperluas kelemahan ekonomi.
“Jelas pasar tenaga kerja mulai pulih di akhir April dan awal Mei. Ada rebound aktivitas pasar tenaga kerja," kata kepala ekonom di Action Economics, Michael Englund, seperti dikutip Bloomberg.