Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kemenperin Mengkaji Usulan Penghapusan Pemakaian Minimum Energi

Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Abdul Rochim mengarakan salah satu usulan yang sedang dipertimbangkan terkait dengan penggunaan energi oleh sektor manufaktur.
Pekerja mengoperasikan mesin di komplek pabrik PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), Cilegon, Banten./Antara - Muhammad Iqbal
Pekerja mengoperasikan mesin di komplek pabrik PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), Cilegon, Banten./Antara - Muhammad Iqbal

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan akan membahas stimulus yang diperlukan sektor manufaktur agar bisa berproduksi, khususnya industri makanan dan minuman.

Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Abdul Rochim mengarakan salah satu usulan yang sedang dipertimbangkan terkait dengan penggunaan energi oleh sektor manufaktur.

Seperti diketahui, pemerintah telah memberikan insentif penggunaan listrik kepada masyarakat dan menetapkan penurunan tarif gas ke level US$6/mmbtu.

"Salah satunya [insentif yang sedang dipertimbangkan] adalah tidak ada pembayaran minimum penggunaan listrik dan gas bumi. [Akan tetapi,] kewenangan ini kan ada insatansi lain. Masih akan dibahas dalam rapat selanjutnya," katanya kepada Bisnis, Selasa (2/6/2020).

Adapun, Kemenperin mencatat pandemi Covid-19 membuat utilitas sekotr manufaktur terkopreksi 20-35 persen dibandingkan awal 2020.

Rochim menyatakan utilitas industri makanan dan minum saat ni berada di posisi 65 persen, sedangkan utilitas sektor industri agro terendah dimiliki oleh industri furnitur sekitar 25-30 persen.

Rochim berharap kondisi utilitas industri agro secara keseluruhan dapat membaik dalam waku dekat dengan adanya pelonggaran protokol pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Pasalnya, lanjutnya, pelonggaran PSBB akan memungkinkan pusat pemberlanjaan kembali buka dengan tetap mematuhi prokolo kesehatan.

"Salah satu cara [peningkatan utilitas] yang diperlukan adalah pengungkitan konsumsi. Dengan adanya kebijakan New Normal, diharapkan akan meningkatkan konsumsi, ujarnya.

Sebelumnya, Rochim menyatakan pihaknya telah merevisi target pertumbuhan industri makanan dan minuman menjadi 4 persen pada tahun ini dari target awal tahun sebesar 9 persen. Menurutnya, angka tersebut telah realistis melihat dampak  yang ditimbulkan pandemi Covid-19.

Sementara itu, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Adhi S. Lukman mengatakan pihaknya menargetkan industri makanan dan minuman (mamin) pada tahun ini dapat tumbuh maksimal 5 persen.

"Saya hitung kemarin di kuartal I/2020 kan [tumbuh 3,9 persen. Pada Februari saja saya masih optimis [tumbuh] 9 persen. Masuk April-Mei, sulit mencapai itu," katanya kepada Bisnis.

Adhi berharap realisasi produksi pada kuartal II/2020 secara konsolidasi menjadi serupa dengan kuartal I/2020. Menurutnya, hal tersebut disebabkan oleh efek pandemi Covid-19 terhadap permintaan Ramadan 2020.

Berdasarkan pengalaman, permintaan produk mamin pada Ramadan meningkat sekitar 30 persen dari bulan biasa. Namun demikian, Adhi mengutarakan tidak ada peningkatan permintaan seperti tahun-tahun sebelumnya pada Ramadan 2020.

Adhi menyampaikan pihaknya akan menggenjot produksi untuk bisa mengejar target pertumbuhan 4-5 persen pada tahun ini. Oleh karena itu, Adhi mengusulkan agar pemerintah menggelar semacam festival berseri yang dapat menggantikan hilangnya peningkatan permintaan saat Ramadan 2020.

Adhi mengusulkan festival berseri tersebut diadakan setiap bulan dan memiliki puncak pada Desember, tepatnya pada liburan Natal dan Tahun Baru 2021.  Namun demikian, Adhi tetap khawatir dampak hilangnya permintaan Ramadan 2020 terhadap targer produksi akhir tahun.

"Apakah dengan cuti bersama dengan berbagai kegiatan bisa ada [lonjakan permintaan] semacam lebaran? Tapi, itu harus dipersiapkan dari sekarang dengan berbagai festival dan seri kegiatan," ucapnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper