Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengembangan Kilang Cilacap Tetap Keren Tanpa Aramco

Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi mengatakan proses negosisai yang berlangsung terlalu lama dan tanpa menghasilkan jalan keluar. Adanya kepastian pemutusan hubungan kerja sama tersebut dinilai tepat.
Kilang Cilacap milik Pertamina/Reuters-Darren Whiteside
Kilang Cilacap milik Pertamina/Reuters-Darren Whiteside

Bisnis.com, JAKARTA – Kerja sama pengembangan Kilang Cilacap harus putus antara Saudi Aramco dan PT Pertamina (Persero), sehingga kelanjutan proyek tersebut harus dilakukan secara mandiri.

Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi mengatakan bahwa proses negosisai yang berlangsung terlalu lama dan tanpa menghasilkan jalan keluar, pemutusan hubungan kerja sama tersebut dinilai tepat.

Menurut dia, pengembangan proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Kilang Cilacap bisa lebih cepat direalisasikan sesuai jadwal karena tidak lagi tertahan oleh proses perundingan.

Fahmy menilai, kemampuan keuangan Pertamina mampu membiayai pengembangan proyek tersebut dengan sejumlah opsi, baik menyerap dana internal, maupun dari eksternal seperti penerbitan surat utang.

Sementara itu, dari sisi teknologi, Pertamina juga dinilai sudah mampu untuk melanjutkan pengembangan proyek tersebut secara mandiri mengingat telah banyak pengalaman dalam membangun dan mengoperasikan kilang.

"Kalau Proyek RDMP Cilacap sudah selesai dan beroperasi, barulah Pertamina mencari partner dg melepas kepemilikan saham maksimal 49 persen," katanya kepada Bisnis, Rabu (27/5/2020).

Di lain pihak, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa berpendapat Pertamina akan kesulitan untuk mengembangkan kilang Cilacap tanpa menggandeng mitra strategis.

Pasalnya, proyek yang diperkirakan menyedot anggaran US$5,6 miliar itu akan sangat sulit terealisasi jika merujuk kondisi keuangan Pertamina saat ini.

Menurut Fabby, dari total belanja modal Pertamina tahun ini yang pada kisaran US$7,8 miliar, separuhnya dialokasikan untuk kegiatan usaha di hulu, sedangkan porsi untuk pembangunan kilang tidaklah besar.

"Kemampuan investasi tersebut tidak cukup untuk pembiayaan proyek yang besar seperti kilang yang walaupun pembiayaan multi-years tapi akan memakan porsi capex yang cukup besar," katanya.

Untuk saat ini, akan menjadi sangat berisiko untuk Pertamina jika mengembangkan proyek tersebut secara mandiri.

Pertamina harus mencari mitra strategis lainnya yang mampu memikul biaya investasi dan menjamin pasokan minyak mentah ke depan jika diperlukan.

"Terlalu berisiko jika Pertamina harus mengerjakan sendiri dan terlalu costly untuk kondisi keuangan Pertamina saat ini," jelasnya.

Sebelumnya,  PT Pertamina (Persero) memutuskan untuk melanjutkan proyek Kilang Cilacap secara mandiri setelah mundurnya mitra dalam proyek itu.

Adapun, negosiasi kerja sama pengembangan Refinery Development Master Plan (RDMP) Cilacap dengan Saudi Aramco sudah berlangsung sejak 2014.

Akhirnya, perusahaan migas pelat merah itu memutuskan untuk melanjutkan proyek pengembangan itu secara mandiri.

VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengungkapkan kerja sama antara Pertamina dan Saudi Aramco dalam proyek tersebut tidak lagi diperpanjang.

"Setelah tidak dilakukan perpanjangan kerjasama dengan Saudi Aramco, Pertamina melanjutkan RDMP Cilacap secara mandiri, tapi secara paralel tetap akan dilakukan pencarian strategic partner lainnya," katanya kepada Bisnis, Rabu (27/5/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper