Bisnis.com, JAKARTA – Laju inflasi di Inggris pada bulan April melambat ke level terlemah sejak tahun 2016, tertekan oleh penurunan harga energi dan lockdown yang mengerem aktivitas ekonomi.
Berdasarkan data Kantor Statistik Nasional yang dirilis Rabu, indeks harga konsumen (Consumer Price Index/CPI) naik 0,8 persen pada April dibandingkan tahun sebelumnya.
Angka ini lebih rendah dari konsensus para ekonom yang memproyeksikan CPI naik 0,9 persen bulan lalu. CPI inti, yang tidak termasuk sektor energi dan harga pangan, merosot ke 1,4 persen.
Dilansir Bloomberg, data terbaru ini memberikan lebih banyak bukti dari tekanan ekonmi akibat pandemi virus Corona. Klaim pengangguran melonjak bulan lalu, sementara Menteri Keuangan Inggris Rishi Sunak mengatakan kemarin bahwa negara itu menuju resesi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Penurunan ini membawa inflasi menjadi kurang dari setengah target Bank of England, sekaligus memaksa Gubernur BOE Andrew Bailey untuk menjelaskan alasan penurunan tersebut kepada Menteri Keuangan.
Bank sentral Inggris, yang telah memangkas suku bunga menjadi 0,1 persen dan memulai kembali program pembelian obligasi untuk melawan krisis, mengatakan bulan ini bahwa laju ekonomi akan menuju ke penurunan terburuk dalam tiga abad terakhir karena pandemi membuat toko tutup dan konsumen menghindari pembelian.
Baca Juga
Data CPI ini dapat memicu spekulasi tindakan lebih lanjut yang diperlukan, dan dapat meningkatkan perdebatan antara para pembuat kebijakan mengenai kemungkinan penurunan suku bunga di bawah nol untuk pertama kalinya.
Tekanan terhadap inflasi berasal dari penurunan harga bahan bakar, energi dan biaya transportasi, serta pakaian.