Bisnis.com, JAKARTA – Industri properti harus mengembangkan pendekatan baru sebagai persiapan new normal seiring belum tersedianya vaksin penangkal virus corona atau Covid-19.
Chairman Indonesia Proptech Association Rusmin Lawin menyebutkan era setelah pandemi ini menuntut pengembang properti menerapkan teknologi properti (proptech) agar industri dapat bertahan di tengah adanya pembatasan sosial dan jaga jarak fisik
Proptech merupakan pendekatan yang memungkinkan konsumen melihat produk properti yang dijual secara virtual. Rusmin mengatakan penerapan proptech banyak digunakan di Hong Kong, Korea Selatan, Taiwan, dan Jepang.
"Saya melihat bahwa karena corona ini [pengembang] dipaksa menggunakan proptech dan teknologi yang lain sehingga mau tidak mau nanti ke depannya sudah terbiasa, tahu bagaimana fungsi daripada efektivitas dan efisiensi dari proptech itu sendiri," katanya pada Bisnis, Minggu (17/5/2020).
Dalam catatan Bisnis, sejumlah pengembang besar sudah merespons penerapan teknologi properti seperti dalam aktivitas pemasarannya melalui realitas virtual (virtual reality).
Rusmin yang juga Wakil Ketua Umum Realestat Indonesia (REI) itu mengatakan bahwa dampak virus corona telah memberi efek besar terhadap industri properti ke depannya.
Baca Juga
Data konsultan properti Jones Lang LaSalle mencatat terdapat 179 perusahaan rintisan teknologi properti di Asia Pasifik memperoleh investasi US$4,8 miliar. Jumlah ini setara 60 persen total investasi proptech di dunia selama 2013 hingga 2017. Sementara itu, laporan terbaru Jones Lang LaSalle jug menyatakan bahwa pada 2019 suntikan dana ke proptech di Asia Pasifik mencapai US$625,9 juta.