Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I/2020 hanya tumbuh 2,97 persen. Pertumbuhan ambyar karena wabah corona ini membuat catatan terendah dalam dua dekade terakhir.
Dengan data ini, berarti mengubur ramalan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I/2020 masih berada di atas 4 persen. Melambat dari kuartal sebelumnya 5,4 persen.
Adalah Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang meramalkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I/2020 masih berada di atas 4 persen. Dia memprediksi pertumbuhan ekonomi di tengah wabah Covid-19 ini masih sekitar 4,5 sampai 4,6 persen.
“Karena pada Januari sampai Februari 2020, masih ada cukup momentum pemulihan ekonomi dari 2019 yang cukup lemah,” kata Sri Mulyani dalam konferensi secara online pada pertengahan April 2020.
Pada waktu itu Sri Mulyani menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi kuartal I/2020 masih di atas 4 persen. Salah satunya, sektor konsumsi dan investasi tercatat positif sepanjang Januari dan Februari 2020.
Optimisme Sri Mulyani itu karena pada 15 April 2020, BPS mencatat ekspor sepanjang kuartal I/2020 masih tumbuh 2,91 persen. Nilai ekspor naik dari posisi kuartal I/2019 sebesar US$40,61 miliar menjadi US$41,79 miliar pada kuartal I/2020. Neraca perdagangan pada sepanjang Januari-Maret 2020 masih surplus US$2,62 miliar.
Namun, Sri Mulyani kala itu menyampaikan proyeksi 4,5 - 4,6 persen ini tidak mencerminkan tren ke depan. Angka pertumbuhan ini akan berubah sangat cepat pada kuartal II/2020. Hal ini adalah dampak dari berlanjutnya kebijakan bekerja dari rumah dan meluasnya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) terkait wabah corona.
Senada dengan Sri Mulyani, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo meramalkan bahwa pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2020 masih di atas 4 persen. Tepatnya, BI memprediksi pertumbuhan ekonomi di angka 4,7 persen.
Kemudian, BI memproyeksi ekonomi Indonesia turun cukup dalam pada kuartal II/2020 hingga 1,1 persen. Pada kuartal III/2020 naik tipis menjadi 1,3 persen. Selanjutnya, BI optimistis pada kuartal IV/2020 ekonomi tumbuh 2,4 persen.
"Skenario berat itu 2,3 persen pertumbuhan ekonomi pada 2020. Itulah yang kemudian disepakati bersama dan itu jadi acuan," kata Gubernur BI pada 9 April 2020.
RAMALAN MELESET
Proyeksi dua pejabat tinggi negara tersebut rupanya meleset. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I/2020 melambat lebih cepat dari ramalan. Pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 2,97 persen (year-on-year).
Pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) pada kuartal I/2020 merupakan yang pertumbuhan kuartalan terendah sejak kuartal IV/2000. Berdasarkan data OECD, saat itu, PDB Indonesia hanya tumbuh 2,88 persen.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan secara kuartalan atau dibandingkan dengan kuartal IV/2019, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat minus 2,41 persen.
"Pergerakan PDB triwulan I/2020 dialami negara-negara lain yang perlambatan yang cukup dalam. Triwulan I/2019 masih tumbuh 5,07 persen, sekarang pertumbuhan 2,97 persen," ujarnya, Selasa (5/52020).
Dia menambahkan, secara historis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I/2020 merupakan yang terendah sejak kuartal I/2001. Namun, dia menegaskan, pertumbuhan ekonomi di masa itu tidak bisa dibandingkan dengan pertumbuhan yang terjadi hingga kuatal I/2020.
"Ini tidak bisa dibandingkan seperti itu karena situasi sekarang berbeda, penuh ketidakpastian. Kami juga tidak bisa prediksi kapan Covid-19 berlalu," jelasnya.
Pertumbuhan ekonomi dalam tiga bulan pertama 2020 memang tidak bisa dilepaskan dari pandemi virus corona. Salah satu komponen yang mengalami perlambatan pertumbuhan yang tajam adalah konsumsi rumah tangga.
Di kuartal I/2020, konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 2,84 persen, melambat dibandingkan dengan kuartal IV/2019 sebesar 5,02 persen. Konsumsi rumah tangga menopang lebih dari 50 persen produk domestik bruto sehingga kinerja konsumsi memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Dari seluruh komponen konsumsi rumah tangga, sektor pengeluaran yang masih mengalami pertumbuhan antara lain komponen perumahan, perlengkapan rumah tangga, dan kesehatan.
Sementara itu, komponen makanan dan minuman serta restoran dan hotel mengalami perlambatan akibat adanya PSBB untuk mengurangi penyebaran Covid-19.