Bisnis.com, JAKARTA - Penurunan aktivitas industri pengolahan diperkirakan masih akan terus berlanjut, tergantung pada lamanya penanaganan wabah Covid-19.
Sebagai gambaran, per April 2020, purchasing managers' index (PMI) Indonesia menurun ke level 27,5 dari 45,3 pada Maret 2020. PMI tersebut merupakan level terendah sepanjang masa.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan dalam kondisi saat ini dengan adanya pembatasan aktivias ekonomi dan peberhentian operai pabrik-pabrik, PMI sudah pasti akan menurun.
Menurutnya, penurunan tersebut wajar terjadi dan tidak terelakkan. Pemerintah pun dinilai tidak bisa menggenjot manufaktur selama wabah Covid-19 masih berlangsung.
"Yang harus dilakukan pemerintah adalah memastikan bahwa wabah cepat berlalu dan perusahaan manufaktur tidak collapse karena kesulitan likuiditas. Sekarang ini fokus Kita semua adalah bertahan hidup, bukan menggenjot manufaktur," katanya, Senin (4/5/2020).
Piter memperkirakan tren penurunan PMI masih akan berjanjut hingga perkiraan puncak Covid-19 pada Juni 2020.
Baca Juga
"Mei Juni diyakini akan menjadi puncak wabah covid-19, PMI berpotensi lebih rendah lagi," tuturnya.
Piter menambahkan, saat ini yang perlu dilakukan pemerintah adalah meningkatkan daya tahan dunia usaha dengan menahan penurunan kinerja. Salah satunya, yaitu memberikan pinjaman likuiditas bagi dunia usaha.
Adapun, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan penurunan PMI tersebut merupakan puncak perburukan industri sektor manufaktur di Tanah Air dan diperkirakan masih berlangsung hingga Mei 2020.
Dia menegaskan PMI Indonesia yang anjlok pada April tersebut harus diwaspadai karena turun sangat drastis hanya dalam 1 bulan.
"Ini perlu langkah cepat untuk menciptakan bantalan sektor ekonomi dan keuangan," katanya dalam rapat secara live streaming bersama Banggar DPR RI, Senin (4/5/2020).