Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tok! Trump Umumkan Tarif Impor AS, RI Tetap Kena 32%

Presiden Donald Trump tetap memberlakukan tarif impor sebesar 32% untuk produk asal Indonesia yang masuk ke AS.
Presiden AS Donald Trump menunjukkan perintah eksekutif yang telah ditandatangani saat pengumuman tarif di Rose Garden, Gedung Putih, Washington, DC, AS, pada hari Rabu (2/4/2025). Trump memberlakukan tarif pada mitra dagang AS di seluruh dunia, serangan terbesarnya terhadap sistem ekonomi global yang telah lama dianggapnya tidak adil. Fotografer: Jim Lo Scalo / EPA / Bloomberg
Presiden AS Donald Trump menunjukkan perintah eksekutif yang telah ditandatangani saat pengumuman tarif di Rose Garden, Gedung Putih, Washington, DC, AS, pada hari Rabu (2/4/2025). Trump memberlakukan tarif pada mitra dagang AS di seluruh dunia, serangan terbesarnya terhadap sistem ekonomi global yang telah lama dianggapnya tidak adil. Fotografer: Jim Lo Scalo / EPA / Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengumumkan bahwa Indonesia tetap bakal dikenakan biaya tarif resiprokal sebesar 32%. Keputusan itu disampaikannya pada Senin (7/7/2025) waktu setempat.

Melansir laporan Bloomberg, Trump beralasan pengenaan tarif tetap itu dilakukan lantaran AS dan Indonesia diklaim tidak memiliki hubungan timbal balik perdagangan yang baik selama Ini.

“Hubungan kita, sayangnya, jauh dari timbal balik,” tulis Trump dalam surat-suratnya dikutip Selasa (8/7/2025).

Selain Indonesia, beberapa negara seperti Bangladesh juga bakal tetap dikenakan Tarif Trump sebesar 35%, Thailand dan Kamboja sebesar 36%, Bosnia menerima pungutan 30% dan Serbia menghadapi tarif 35%.

Pada saat yang sama, Trump juga mengumumkan pengenaan tarif 25% untuk Malaysia, Kazakhstan, dan Tunisia, sedangkan Afrika Selatan akan dikenakan tarif 30%.

Di samping itu, pada hari yang sama Trump menandatangani perintah eksekutif untuk memberlakukan tarif baru mulai 1 Agustus 2025 untuk semua negara. Keputusan itu mundur dari rencana pemberlakuan awal yaitu pada 9 Juli 2025.

Dengan mundurnya pemberlakuan tarif baru, maka akan memberi waktu sekitar tiga minggu tambahan bagi setiap negara yang terkena dampak untuk membuat kesepakatan dengan Gedung Putih.

Keputusan Trump tersebut dipandang banyak pihak menimbulkan ketidakpastian pasar, para gubernur bank sentral dan para eksekutif yang mencoba memperhitungkan dampaknya terhadap produksi, persediaan, perekrutan, inflasi, menilai tanpa pengenaan tarif saja kondisinya sudah cukup sulit.

Pada saat yang sama, Trump memperingatkan negara-negara lain agar tidak melakukan tindakan pembalasan atas langkah terbarunya.

“Jika karena alasan apa pun Anda memutuskan untuk menaikkan tarif Anda, maka, berapa pun angka yang Anda pilih untuk menaikkannya akan ditambahkan ke tingkat yang diancamkan," tulis Trump.

Dia juga mengatakan bahwa tarif resiprokal tidak termasuk tarif khusus sektoral yang telah atau akan diterapkan secara terpisah pada barang-barang yang diimpor di industri-industri utama. Jepang dan Korea Selatan yang merupakan negara eksportir mobil utama bakal terdampak kebijakan tersebut.

Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt mengatakan bahwa akan ada belasan negara yang bakal menerima pemberitahuan keputusan pengenaan tarif resiprokal pada pekan ini.

Meski demikian, hanya sedikit negara yang berhasil menegosiasikan kesepakatan dalam waktu singkat yang diberikan. Untuk sementara, Trump mengumumkan perjanjian kerangka kerja dengan Inggris dan Vietnam dan gencatan perang dagang dengan China.

Sementara itu, ketika dikonfirmasi mengapa Trump memilih untuk menyerang Jepang dan Korea Selatan terlebih dahulu, Leavitt mengatakan bahwa itu adalah bagian dari hak prerogatif presiden.

“Itu adalah negara-negara yang dia pilih,” pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper