Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hadapi Tenggat 1 Agustus, Uni Eropa Cari Celah Hindari Lonjakan Tarif Trump

Uni Eropa berupaya merampungkan kesepakatan dagang awal dengan AS pekan ini guna mengamankan tarif tetap 10% sebelum batas waktu pada 1 Agustus 2025.
Bendera Uni Eropa (UE) berkibar di dekat gedung Majelis Nasional di Paris, Prancis, Selasa (9/7/2024). Bloomberg/Nathan Laine
Bendera Uni Eropa (UE) berkibar di dekat gedung Majelis Nasional di Paris, Prancis, Selasa (9/7/2024). Bloomberg/Nathan Laine

Bisnis.com, JAKARTA — Uni Eropa tengah berpacu dengan waktu untuk merampungkan kesepakatan dagang awal dengan Amerika Serikat dalam pekan ini. Hal ini guna mengamankan tarif tetap sebesar 10% sebelum tenggat 1 Agustus 2025, sambil terus mengupayakan perjanjian yang permanen.

Melansir Bloomberg pada Selasa (8/7/2025), salah seorang sumber yang mengetahui hal in mengatakan UE mendorong agar sejumlah produk strategis seperti pesawat, suku cadang, serta minuman anggur dan alkohol dikecualikan dari tarif yang akan diberlakukan.

Beberapa bentuk kelonggaran tarif diperkirakan akan menjadi bagian dari kesepakatan prinsip yang sedang dirancang.

Komisi Eropa, sebagai perwakilan resmi dalam urusan perdagangan, telah menyampaikan perkembangan terbaru kepada negara-negara anggota pada Senin (7/7). Namun, juru bicara komisi enggan memberi komentar lebih lanjut terkait proses negosiasi yang masih berlangsung.

Sebelumnya, Washington mengumumkan penundaan tarif universal yang semula akan berlaku 9 Juli, menjadi paling cepat awal Agustus. Namun bagi Uni Eropa, jika kesepakatan tak kunjung tercapai sebelum 1 Agustus, hampir seluruh ekspor ke AS terancam tarif setinggi 50%.

Kebijakan tarif dari Presiden AS Donald Trump kini menyasar hampir seluruh mitra dagang utama. Ia beralasan, langkah ini bertujuan membangkitkan sektor manufaktur dalam negeri, mendanai perpanjangan pemotongan pajak, dan menekan negara-negara yang dianggap mengambil untung dari pasar AS.

Uni Eropa juga menekan agar tarif AS sebesar 25% untuk produk otomotif dan 50% untuk baja serta aluminium bisa dikaji ulang atau dikecualikan. Namun, menurut sumber yang sama, belum ada kemajuan berarti dalam isu ini.

Meski demikian, kedua pihak disebut sedang merancang mekanisme timbal balik yang memungkinkan perusahaan otomotif di AS mengekspor unit kendaraan tertentu tanpa beban tarif. Skema ini, meski menjanjikan, memicu kekhawatiran di Eropa akan potensi relokasi investasi dan kapasitas produksi lintas Atlantik.

Kesepakatan yang tengah dirumuskan ini diperkirakan hanya bersifat sementara dan tidak mengikat secara hukum. Pembahasan turut mencakup isu hambatan non-tarif, arsitektur perdagangan digital, dan keamanan ekonomi.

Di luar sektor kendaraan dan logam, pemerintahan Trump juga tengah menyiapkan tarif tambahan untuk sektor-sektor lain seperti farmasi dan semikonduktor.

Sikap negara-negara anggota Uni Eropa pun terpecah. Sebagian mendesak agar kesepakatan dicapai sesegera mungkin demi menghindari lonjakan tarif. Namun, faksi lain mendorong agar Uni Eropa terlebih dahulu mengambil langkah balasan demi memperkuat posisi tawar sebelum duduk kembali di meja perundingan.

UE sebelumnya telah menyetujui paket tarif balasan terhadap produk-produk asal AS senilai €21 miliar sebagai respons terhadap tarif baja dan aluminium yang diberlakukan Washington. Produk yang dikenai balasan tarif antara lain kedelai dari Louisiana—kampung halaman Ketua DPR AS Mike Johnson—hingga produk unggas, hasil pertanian, dan sepeda motor.

Selain itu, blok tersebut juga menyiapkan daftar tarif tambahan atas produk AS senilai €95 miliar, sebagai tanggapan terhadap kebijakan tarif timbal balik dan bea otomotif dari Trump. Target sasarannya mencakup barang-barang strategis seperti pesawat Boeing, kendaraan buatan AS, dan bourbon.

Saat ini, Uni Eropa tengah berkonsultasi dengan negara-negara anggotanya untuk mengidentifikasi sektor-sektor penting yang membuat AS bergantung pada Eropa, termasuk opsi langkah non-tarif seperti pengendalian ekspor dan pembatasan kontrak pengadaan pemerintah.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper