Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Anjlok di Level 27,5, Ekonom IHS Markit: Ini Kerusakan Terparah Perekonomian Indonesia

Menurut laporan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia periode April, kebijakan untuk menahan penyebaran wabah covid-19 jadi faktor penentu anjloknya kinerja.
Siswa Polman Astra. Politeknik Manufaktur Astra adalah institusi pendidikan tinggi vokasi yang berada di bawah naungan Yayasan Astra Bina Ilmu, satu dari 9 Yayasan yang dimiliki oleh PT Astra International Tbk. /foto polman.astra.ac.id
Siswa Polman Astra. Politeknik Manufaktur Astra adalah institusi pendidikan tinggi vokasi yang berada di bawah naungan Yayasan Astra Bina Ilmu, satu dari 9 Yayasan yang dimiliki oleh PT Astra International Tbk. /foto polman.astra.ac.id

Bisnis.com, JAKARTA —  IHS Markit kembali merilis Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia periode April yang anjlok atau terendah sepanjang sejarah dengan level 27,5. Angka itu melanjutkan tren menurun sejak Maret yang sudah berada di angka 45,3.

Menurut laporan tersebut penurunan ini dipengaruhi oleh kebijakan untuk menahan penyebaran wabah covid-19. Hal itu dikarenakan telah berdampak pada penutupan pabrik hingga penurunan permintaan dan hasil produksi.

Kepala Ekonom IHS Markit Bernard Aw bahkan menyebut kondisi ini menjadi kerusakan terparah yang belum pernah terjadi terhadap perekonomian di Indonesia sebelumnya.

Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diterapkan di sejumlah wilayah di Indonesia, terbukti memengaruhi tingkat produksi sehingga menyebabkan banyak perusahaan harus tutup sementara. IHS juga menyoroti banyaknya terjadi pemutusan kerja karyawan yang terus meningkat.

Hal itu menjadikan penurunan ketenagakerjaan pada titik terendah hanya dalam dua bulan karena lapangan kerja berkurang.

"Akibat langkah ketat upaya penahanan wabah Covid-19 menjadikan industri manufaktur terdampak parah. PMI yang jatuh dari 45,3 pada Maret ke 27,5 pada April, menandai posisi terendah selama sembilan tahun survei. Akibatnya pertumbuhan GDP menurun tajam mendekati 3 persen," katanya, Senin (4/5/2020).

Sisi lain, permintaan ekspor yang menurun juga menjadi penyebab penurunan PMI. Tidak adanya order baru yang diterima industri semakin memperkeruh kondisi pabrikan. Meski tak sedikit yang kekurangan bahan baku, tetapi ada pula yang mengalami penumpukan produk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper