Bisnis.com, JAKARTA - Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) mencatat realisasi pembiayaan utang melalui surat berharga negara (SBN) secara bruto per akhir April 2020 tercatat sudah mencapai Rp485,66 triliun.
Secara lebih rinci, penerbitan SBN dalam bentuk SUN berdenominasi rupiah tercatat sudah mencapai Rp360,08 triliun, sedangkan dalam bentuk SUN valas mencapai Rp110,05 triliun. Adapun, penerbitan SBN dalam bentuk sukuk tercatat mencapai Rp125,57 triliun.
Untuk diketahui, kebutuhan pembiayaan anggaran pada 2020 tercatat mencapai Rp1.439,8 triliun. Sebesar Rp852,93 triliun diantarannya diperlukan untuk membiayai defisit anggaran, sedangkan Rp433,4 triliun sisanya diperlukan untuk membiayai utang jatuh tempo.
Adapun, sebesar Rp153,46 triliun sisanya dipergunakan untuk membiayai pembiayaan nonutang.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan, penerbitan SBN sepanjang kuartal II/2020 hingga kuartal IV/2020 bakal mencapai Rp856,8 triliun. Seluruhnya akan dipenuhi melalui lelang di pasar domestik, SBN ritel, private placement, dan penerbitan SBN valas.
Sepanjang kuartal II/2020 hingga kuartal IV/2020, diperkirakan rata-rata lelang SBN setiap dua minggunya bakal mencapai Rp35 triliun hingga Rp45 triliun. Jika target tidak tercapai, Bank Indonesia (BI) bakal berfungsi sebagai pembeli last resort.
Baca Juga
Dengan kebutuhan pembiayaan bruto yang melebar dari yang sebelumnya sebesar Rp741,84 triliun menjadi Rp1.439,8 triliun, rasio utang terhadap PDB pun diproyeksikan melebar jauh pada tahun 2020.
Pada tahun 2019, rasio utang terhadap PDB tercatat mencapai 30,2 persen dan sebelumnya pada tahun 2020 rasionya diproyeksikan akan turun di angka 29,7 persen.
Dengan pelebaran defisit dan meningkatnya kebutuhan pembiayaan, rasio utang terhadap PDB pada 2020 ini diproyeksikan meningkat hingga 36 persen.