Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani membeberkan foreign capital outflow atau dana asing yang keluar dari aset surat utang pemerintah Indonesia mencapai Rp120 triliun sepanjang Maret.
"Maret itu sangat menantang karena eskalaasi dan kepanikan Covid-19, reaksi investor sangat irasional di sektor keuangan," ungkap Sri Mulyani, Kamis (30/4/2020).
Dengan kaburnya asing dari surat berharga negara (SBN), tekanan luar biasa memicu nilai tukar rupiah sehingga Bank Indonesia (BI) mengatasinya.
Baca Juga
Bahkan, koreksi sangat dalam terjadi di bursa saham Tanah Air. Kondisi ini dialami hampir di seluruh negara berkembang. Data IMF menunjukkan arus keluar dari aset keuangan di negara berkembang mencapai 0,4 persen terhadap PDB atau US$100 miliar.
"Ini jauh lebih tinggi dari taper tantrum 2015," ujar Sri Mulyani. Pasalnya, tantangan kesehatan dan keselamatan manusia jadi pertaruhan.
Kondisi ini memicu krisis keuangan dengan spill over ke sektor riil. Di sisi global, dampaknya memicu harga minyak turun 70 persen dari awal tahun hingga 24 April 2020. Adapun, total kerugian ekonomi secara global mencapai US$9 triliun pada 2020-2021. Angka ini setara dengan total PDB Jepang dan Jerman.