Bisnis.com, JAKARTA - Industri properti tampaknya harus rela menunda kebangkitannya pada tahun ini setelah mengalami kelesuan hebat sejak beberapa tahun belakangan.
Indonesia Property Watch menyatakan bahwa sektor properti terpukul hebat akibat sentimen yang melanda perekonomian, salah satunya dikarenakan virus corona baru atau Covid-19.
CEO Indonesia Property Watch (IPW) Advisory Group Ali Tranghanda mengatakan bahwa sejauh ini industri properti telah anjlok 60 persen dibandingkan dengan 2019. Penjualan merosot tajam menyusul aktivitas yang juga terbatas.
"Tahun lalu sektor properti malah tumbuh 10,9 persen dibandingkan dengan 2018. [Kalau untuk tahun ini] turun minimal 60 persen," ujar Ali kepada Bisnis, Senin (4/5/2020).
Dalam catatan Bisnis, rerata pertumbuhan industri properti setiap tahunnya berkisar 5 persen. Sejumlah pakar, pengembang, dan pegiat bisnis properti sebelumnya memproyeksikan industri ini setidaknya dapat tumbuh di antara 5 persen hingga 8 persen.
Hanya saja, Ali menyatakan bahwa untuk tahun ini proyeksi pertumbuhan cenderung negatif mengingat telah anjloknya bisnis ini selama kuartal pertama, yang tecermin dari beberapa survei IPW.
Berdasarkan survei IPW di pasar perumahan primer, misalnya, wilayah Jabodebek-Banten selama kuartal I/2020 anjlok dengan besaran nilai rata-rata 50,1 persen.
Penurunan tertinggi terjadi di wilayah Bekasi sebesar 56,0 persen, Bogor 55,3 persen, Depok 50,9 persen, dan wilayah lainnya. Adapun penurunan terendah terjadi di Cilegon sebesar 27,2 persen.
Penurunan tertinggi juga terjadi di segmen harga rumah di bawah Rp300 jutaan yang turun sebesar 62,5 persen (qtq) atau sebesar 68,8 persen (yoy).
Padahal, segmen residensial diharapkan menjadi penopang penjualan ketika pasar apartemen dan subsektor lainnya menurun sangat tajam. Lagi pula, pukulan telak untuk bisnis properti dinilai akan semakin terasa ketika memasuki kuartal II/2020.
"Tahun ini merupakan penurunan terendah sektor properti dalam 5 tahun terakhir," ujar Ali.