Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Efektivitas PSBB Kunci Selamatkan Manufaktur

PMI Manufaktur Indonesia dari IHS Markit per April sudah menunjukkan level 27,5. Kondisi itu menunjukkan rekor kinerja industri terburuk sepanjang masa.
Buruh menyelesaikan pembuatan masker di PT Jayamas Medica Desa Karangwinongan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Rabu (18/3/2020). Karena kekurangan bahan baku, dalam sehari pabrik tersebut hanya memproduksi masker sebanyak 300.000 lembar dari biasanya sebelum wabah virus COVID-19 bisa mencapai 1 juta lembar masker./ANTARA FOTO-Syaiful Arif
Buruh menyelesaikan pembuatan masker di PT Jayamas Medica Desa Karangwinongan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Rabu (18/3/2020). Karena kekurangan bahan baku, dalam sehari pabrik tersebut hanya memproduksi masker sebanyak 300.000 lembar dari biasanya sebelum wabah virus COVID-19 bisa mencapai 1 juta lembar masker./ANTARA FOTO-Syaiful Arif

Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku usaha menilai keberhasilan pembatasan sosial berskala besar untuk menekan penyebaran virus corona atau Covid-19 menjadi kunci menggeliatkan roda-roda industri manufaktur.

Adapun berdasarkan PMI Manufaktur Indonesia dari IHS Markit per April sudah menunjukkan level 27,5. Kondisi itu menunjukkan rekor kinerja industri terburuk sepanjang masa.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W. Kamdani mengatakan kondisi pelemahan PMI ini dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor pelemahan pasar yg sudah terjadi sejak bulan lalu dan faktor regulasi.

Saat ini, tekanan terbesar pada PMI adalah regulasi terkait pengendalian wabah, khususnya PSBB di berbagai wilayah di Indonesia.

"Perlu diingat bahwa sebagian besar sentra produksi manufaktur nasional ada di zona-zona merah yang membutuhkan konektifitas baik tidak hanya ke pelabuhan tetapi juga ke berbagai daerah di Indonesia untuk distribusi produk," katanya kepada Bisnis, Senin (4/5/2020).

Shinta mengemukakan dengan kondisi di atas sentra produksi dan konektifitas ke berbagai daerah di Indonesia terganggu secara langsung maupun tidak langsung oleh aturan terkait pengendalian wabah. Ke depan, PMI pun diproyeksi masih tidak akan naik bahkan akan semakin turun.

Oleh karena itu, menurutnya, yang bisa dilakukan hanyalah menerapkan PSBB sesuai dengan ketentuan nasional sehingga pengendalian wabah bisa lebih efektif dan PSBB bisa segera disudahi.

Namun, Shinta juga berharap penerapan PSBB tidak dilakukan secara berlebihan sehingga mematikan kegiatan industri yang seharusnya masih bisa berjalan meskipun ada PSBB di wilayah tertentu.

Dia menambahkan, sebelum PSBB diterapkan banyak pelaku usaha manufaktur nasional yang mengeluhkan tentang putusnya konektivitas logistik nasional ke berbagai daerah karena penerapan karantina di berbagai daerah berdasarkan kepanikan atau aksi ikut-ikutan. Alhasil, pengiriman barang dari sentra produksi manufaktur ke berbagai daerah tidak bisa dilakukan.

"Demikian juga banyak pabrik yang mengeluhkan bahwa mereka diintimidasi untuk tutup atau menghentikan operasi meskipun berdasarkan aturan PSBB mereka masih boleh beroperasi selama memenuhi protokol kesehatan dan keselamatan tertentu di tempat kerja. Hal-hal seperti ini perlu dihentikan agar pelaku usaha manufaktur memiliki sense of certainty untuk melakukan kegiatan produksi dan mencegah penurunan PMI lebih dalam," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper