Bisnis.com, JAKARTA - Polemik Andi Taufan Garuda Putra dan Adamas Belva Devara menjadi sorotan warganet dan menyebabkan citra staf khusus di lngkungan istana menjadi negatif.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Didik J.Rachbini mengatakan kiprah staf khusus di lingkungan istana ramai diperbincangkan karena salah kaprah dalam menjalankan kebijakan dan usia milenial mereka dinilai tidak cukup berpengalaman.
Dari 86,400 perbicangan di Twitter dengan anlisis sentimen big data, hasilnya sangat mengejutkan di mana sebanyak 94,97 persen bersifat negatif. Sisanya hanya 5,03 persen yang bernada positif.
Pada pertengahan April 2020, perbincangan terhadap kiprah Andi, yang menyurati camat paling tinggi intensitas percakapannya, diikuti oleh kiprah Belva karena masalah konflik kepentingan yang perusahaannya ikut dalam proyek kartu prakerja.
Pasca 17 April 2020 perbincangan diperkirakan tidak surut, khususnya Belva yang masih tinggi karena terkait dengan implementasi kartu pra-kerja yang kontroversian tinggi.
Sentimen negatif ekstrim ini dan tekanan publik yang kuat menyebabkan dua staf Khusus Presiden mengundurkan diri.
Baca Juga
"Mereka tidak sepenuhnya salah, keputusan penempatan staf khusus tersebut karena lebih bernuansa sensasi ketimbang pertimbangan kapasitas dan kemampuannya," kata Didik melalui siaran pers, Kamis (30/4/2020).
Didik menuturkan dalam situasi pandemi Covid-19, jajaran pemerintahan sangat rapuh karena banyak membuat kesalahan langkah sehingga menurunkan tingkat kepercayaan dari pelaksana kebijakan publik tersebut.
Sehingga menurutnya, ke depan yang perlu dipikirkan terakit penunjukan penempatan jabatan penting di dalam pemerintahan, seharusnya berkonsultasi dengan DPR secara terbuka sehingga bisa dibaca publik kapasitasnya, dengan syarat DPR bersih.