Bisnis.com, JAKARTA - Para pengembang dinilai telah mengalihkan biayanya untuk pemasaran digital di tengah sulitnya menjual produk properti akibat adanya aturan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Alokasi untuk pemasaran digital dimaksimalkan untuk menggantikan aktivitas pemasaran atau promosi melalui sarana pameran. Adanya wabah virus corona jenis baru (Covid-19) membuat pengembang merealokasi dananya untuk pengembangan digital.
Wakil Ketua Umum Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia Hari Ganie mengatakan bahwa adanya virus Corona membuat pengembang mau tidak mau harus menyesuaikan diri dengan keadaan.
"Ini kan peringatan, untungnya sekarang pakai digital, yang biasanya aktivitas dilakukan dengan pameran. Gara-gara Corona ini diganti dengan digital yang biayanya justru lebih murah," ujarnya pada Bisnis, Kamis (23/4/2020).
Dia mengatakan bahwa di tengah kondisi sulit ini pengembang mempunyai banyak cara memaksimalkan fungsi digital agar proyeknya tidak dilupakan para calon konsumen baik konsumen lama maupun baru.
Apalagi, produk properti saat ini hanya akan diserap oleh kalangan menengah ke bawah atau pemilik rumah pertama dengan kisaran harga di bawah Rp300 juta. Hari mengatakan bahwa pengembang harus melupakan kalangan investor yang saat ini lebih banyak menahan diri untuk berinvestasi untuk properti di atas Rp1 miliar.
Baca Juga
"Untuk itu kita harus membuat brand awareness bahwa kita masih ada [sehingga konsumen masih tertarik]," katanya
Hanya saja, penjualan dengan sarana digital juga diperlukan dukungan transaksi yang juga secara daring. Hal ini mengingat operasional sejumlah instansi berjalan secara terbatas akibat PSBB.
Hari menilai bahwa seiring dengan terbatasnya aksesibilitas maka akad kredit sebetulnya bisa dilakukan secara daring. "Maka semua harus bisa mempersiapkannya," kata dia.