Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terus mencari alternatif kebutuhan alat kesehatan, termasuk alat pelindung diri untuk menangani virus corona, baik dari dalam maupun luar negeri.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan bahwa jaringan RS BUMN membutuhkan sedikitnya 1,5 juta alat pelindung diri (APD) untuk menghadapi skenario terburuk virus corona. Namun, pengadaan APD ini masih akan mengandalkan impor karena tidak ada BUMN yang memproduksi APD.
“Untuk APD, kami tidak punya perusahan yang membuat APD, mayoritas dibuat swasta, dengan kapastias 17 juta unit setahun, tentunya yang lebih mengerti, itu menteri perindustrian,” jelasnya.
Dia mengatakan bahwa pihaknya terus berkoordinasi dengan Kementerian lain, seperti Kementerian Luar Negeri untuk mendukung pengadaan alat kesehatan dan APD untuk jaringan RS BUMN. Di sis ilain, Kementerian BUMN memberikan dukungan lewat PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. untuk membantu kebutuhan logistik.
“Saya rasa mengenai garuda untuk mendukung logsitik, ataupun swasta, ataupun negara lain, yang ingin bantu indonesia, kita sudah siapkan, dan sudah beberapa kali sudah terbang ke beberapa negara, sudah dilakukan itu,” ujarnya.
Dia juga mengatakan bahwa Kementerian BUMN kini tengah mencari alternatif alkes yang dibutuhkan dari berbagai penjuru dunia. Termasuk, salah satunya mencoba peruntungan lewat aksi Wamen BUMN Budi Sadikin yang mengontak CEO SpaceX Elon Musk via Twitter.
Baca Juga
“Saya ditugaskan untuk Pak Menteri cari ventilator sampai seluruh dunia, termasuk Elon Musk nge-twit kami kejar juga. Tapi untuk realisasinya, Amerika Serikat juga kekurangan ventilator, saya dengar yang masih bisa suplai itu China dan Rusia,” kata Budi.
Erick menambahkan ventilator memang menjadi alat medis yang sangat dibutuhkan untuk penanganan virus corona. Dari seluruh fasilitas ICU milik RS BUMN sebanyak 116 unit, hanya separuhnya yang memiliki ventilator.
Erick menuturkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pemerintah juga mencari suplai dari dalam negeri. Termasuk berkolaborasi dengan berbagai inovasi dan pengembangan yang dilakukan sejumlah universitas seperti ITB dan Universitas Indonesia.
“Tapi mesti, harus ada standarnya yang benar, itu [standar] dari Kementerian Kesehatan, selama standarnya sudah sesuai, kami siap pakai,” ujarnya.
Sebelumnya, tim ITB, Salman, dan FK Unpad, megembangkan ventilator portabel untuk penanganan pasien virus corona. Ventilator ini bersifat non invasif, sehingga tidak dapat digunakan untuk pasien dengan kondisi kritis. Namun, dapat sangat berguna menolong pasien dengan gejala ringan dan menengah.
Selagi menunggu perizinan dari Kementerian Kesehatan, tim pengembang alat bernama Vent-I ini merencanakan produksi sebanyak 100 unit untuk tahap awal.
Tim pengembang juga mengatakan produksi massal dengan skala lebih besar dapat dilakukan ke depannya, dengan bantuan perusahaan BUMN seperti PT Len Industri (Persero), PT Pindad (Persero), ataupun PT Dirgantara Indonesia (Persero).