Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ancaman Defisit di Balik Stimulus Corona, Ini Saran Chatib Basri

Pemerintah disarankan mengkombinasikan pembiayaan dari pasar domestik , internasional dan juga multilateral untuk mengatasi problem defisit anggaran.
Ekonomi senior M. Chatib Basri memberikan kata sambutan di Jakarta, Rabu (6/6/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Ekonomi senior M. Chatib Basri memberikan kata sambutan di Jakarta, Rabu (6/6/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom senior M. Chatib Basri mengapresiasi langkah pemerintah Indonesia yang telah menetapkan stimulus ekonomi dan menyiapkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang (Perppu) guna meredam dampak pandemi virus corona atau Covid-19.

Mantan Menteri Keuangan ini pun menyarankan agar pemerintah melakukan kombinasi pembiayaan dari pasar domestik , internasional dan juga multilateral untuk mengatasi problem defisit anggaran.

Chatib, melalui unggahannya di sosial media, Rabu (1/4/2020), menjelaskan besarnya stimulus fiskal untuk Covid-19 tentu terkait erat dengan besarnya defisit yang bisa dibiayai.

"Seperti tulisan saya di East Asia Forum, defisit yang terlalu besar tentu akan menyulitkan pembiayaan. Bagaimana kita membiayai defisit anggaran ini?" ujarnya dalam akun resminya di Twitter.

Jika Indonesia mengantungkan diri kepada pasar obligasi domestik, jelasnya, maka akan terjadi crowding out. Dalam situasi itu, jelas dia, dana perbankan akan diserap oleh obligasi pemerintah sehingga perbankan akan mengalami kesulitan likudiitas.

Bila pemerintah mengeluarkan obligasi internasional, maka bunga obligasi akan sangat tinggi. Oleh karena itu, tegasnya, untuk pembiayaan pemerintah harus melakukan kombinasi dari berbagai hal.

"Saya mengusulkan kombinasi pembiayaan dari pasar domestik , internasional dan juga multilateral," ujarnya.

Chatib merincikan 6 tahun lalu pemerintah Indonesia pernah memiliki fasilitas yang disebut Deferred Draw Down Option (DDO). Fasilitas ini memungkinkan pemerintah Indonesia meminjam dari World Bank, ADB, Australia, Jepang dengan bunga yang sangat rendah bila bunga obligasi di pasar sangat mahal.

Menurutnya, skema ini perlu dihidupkan kembali. Pasalnya, Indonesia akan punya akses pembiayaan dengan harga murah

"Selain itu, kemungkinan untuk dukungan dari AIIB misalnya atau bilateral support dari berbagai negara perlu dibuka. Termasuk misalnya bantuan medis, obat, alat dari negara-negara lain," kata Chatib.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper