Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dampak Corona, Sektor Manufaktur Asia Terkontraksi Lebih Dalam

Aktivitas manufaktur di Asia mengalami kontraksi lebih lanjut pada bulan Maret menyusul dampak penyebaran virus corona (COVID-19) terhadap rantai pasokan.
Aktivitas karyawan di salah satu pabrik di Jakarta, Jumat (20/9/2019). Bisnis/Arief Hermawan P
Aktivitas karyawan di salah satu pabrik di Jakarta, Jumat (20/9/2019). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Aktivitas manufaktur di Asia mengalami kontraksi lebih lanjut pada bulan Maret menyusul dampak penyebaran virus corona (Covid-19) terhadap rantai pasokan.

Berdasarkan data IHS Markit yang dirilis Rabu (1/4/2020), hampir seluruh indeks manajer pembelian (Purchasing Managers’ Index/PMI) regional turun di bawah 50, yang menandakan terjadinya kontraksi.

Indeks PMI Jepang anjlok ke level 44,8, sedangkan PMI Korea Selatan turun ke 44,2, level terburuk sejak krisis keuangan global lebih dari satu dekade lalu.

Di Asia Tenggara, angka PMI Filipina turun menjadi 39,7, terendah sepanjang sejarah, sedangkan Vietnam merosot ke 41,9. Sementara itu PMI Indonesia turun ke posisi 45,3 bulan ini.

Dilansir dari Bloomberg, data manufaktur ini mencerminkan memburuknya wabah Covid-19 pada bulan Maret. Peningkatan jumlah kasus di Italia, Spanyol, dan AS membuat pertumbuhan ekonomi di Asia terhenti dan memberikan tambahan bagi negara-negara di regional yang telah berjuang melawan virus tersebut selama berbulan-bulan.

Kepala ekonom Bloomberg wilayah Asia, Chang Su, mengatakan pertumbuhan ekonomi kemungkinan akan melambat pada tahun 2020 dalam skenario terbaik. Jalur penyebaran virus di dalam negeri dan internasional akan menentukan lintasan ekonomi masing-masing negara.

“Bahkan negara seperti China dan Korea Selatan yang mampu menunjukkan keberhasilan penanggulangan virus tidak akan dapat lepas dari tekanan ekonomi akibat terhentinya aktivitas ekonomi global,” ungkap Chang Su, seperti dikutip Bloomberg.

“Dukungan moneter dan fiskal dramatis yang diluncurkan di seluruh negara hanya akan meredam tekanan terhadap ekonomi," imbuhnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper