Bisnis.com, JAKARTA – Aktivitas manufaktur di Asia mengalami kontraksi lebih lanjut pada bulan Maret menyusul dampak penyebaran virus corona (Covid-19) terhadap rantai pasokan.
Berdasarkan data IHS Markit yang dirilis Rabu (1/4/2020), hampir seluruh indeks manajer pembelian (Purchasing Managers’ Index/PMI) regional turun di bawah 50, yang menandakan terjadinya kontraksi.
Indeks PMI Jepang anjlok ke level 44,8, sedangkan PMI Korea Selatan turun ke 44,2, level terburuk sejak krisis keuangan global lebih dari satu dekade lalu.
Di Asia Tenggara, angka PMI Filipina turun menjadi 39,7, terendah sepanjang sejarah, sedangkan Vietnam merosot ke 41,9. Sementara itu PMI Indonesia turun ke posisi 45,3 bulan ini.
Dilansir dari Bloomberg, data manufaktur ini mencerminkan memburuknya wabah Covid-19 pada bulan Maret. Peningkatan jumlah kasus di Italia, Spanyol, dan AS membuat pertumbuhan ekonomi di Asia terhenti dan memberikan tambahan bagi negara-negara di regional yang telah berjuang melawan virus tersebut selama berbulan-bulan.
Kepala ekonom Bloomberg wilayah Asia, Chang Su, mengatakan pertumbuhan ekonomi kemungkinan akan melambat pada tahun 2020 dalam skenario terbaik. Jalur penyebaran virus di dalam negeri dan internasional akan menentukan lintasan ekonomi masing-masing negara.
Baca Juga
“Bahkan negara seperti China dan Korea Selatan yang mampu menunjukkan keberhasilan penanggulangan virus tidak akan dapat lepas dari tekanan ekonomi akibat terhentinya aktivitas ekonomi global,” ungkap Chang Su, seperti dikutip Bloomberg.
“Dukungan moneter dan fiskal dramatis yang diluncurkan di seluruh negara hanya akan meredam tekanan terhadap ekonomi," imbuhnya.