Bisnis.com, JAKARTA – PT Pertamina EP menyatakan belum merevisi rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) tahun ini kendati harga minyak saat ini berada pada level yang sangat rendah.
Direktur Utama Pertamina Nanang Abdul Manaf mengatakan hingga saat ini pihaknya baru melakukan simulasi dengan berbagai parameter keekonomian, seperti harga minyak Indonesia (ICP), kurs, capital expenditure dan eperating expenditure, serta implikasinya terhadap produksi.
Hal itu disiapkan perseroan jika nantinya harga minyak dunia tak kunjung membaik. Hingga saat ini, pihaknya masih mengerjakan rencana kerja dengan biaya yang lebih efisien.
[Revisi] kalau kondisi ini berjalan sampai akhir semester I/2020,” katanya kepada Bisnis, Rabu (1/4/2020).
Nanang mengungkapkan, kondisi harga minyak pada level US$20 per barel baru berjalan selama satu bulan terakhir, sehingga belum mencerminkan kondisi profil sepanjang tahun ini.
Namun, dalam tiga bulan terakhir, ICP berada di bawah asumsi US$63 per barel yang bisa mempengaruhi kinerja kontraktor kontrak kerja sama (KKKS).
“Artinya kalau kondisi tidak membaik tentu akan mengurangi pendapatan dan laba, baik dari segi pemerintah maupun kontraktor,” jelasnya.